Tip:
Highlight text to annotate it
X
Sebelum permainan dimulai, ada kata kata ajaib yang selalu dilakukan oleh anak-anak kita.
Kata-kata ajaib itulah yang harus kita lakukan sekarang ini untuk mulai permainan ini.
[hadirin tertawa]
Ok, kita lakukan bersama.
Satu, dua, tiga
[HADIRIN] "hom pim pah alaihom gambreng"
Oke.. Resmilah anda bermain sekarang dengan saya.
Nama saya Zaini Alif.
Saya, kecil terus menerus begini, karena saya terus bergaul dengan anak-anak terus.
[hadirin tertawa]
Jadi nanti saya selesai, akan meneliti mainan selesai kalau saya nambah segini nih.
Nah, akan selesai saya meneliti mainan.
Saya meneliti mainan hampir ditiap daerah dan, saya berpikir: "kenapa saya meneliti mainan ya?"
Kenapa saya suka mainan?
Tapi saya mundur jauh jauh kebelakang.
Ini ada satu tempat, ini tempat kelahiran saya.
Nah tempat lahir saya di Kampung bolang.
Ada acara yang bolang juga, tapi ini udah ratusan tahun. Kampung Bolang.
Kampung Bolang ini, satu daerah yang juga sangat jauh.
Ee.. apa ke sekolah, sangat jauh dari sini.
Ini tempat saya bermain.
Di semua tempat ini ada alat-alat permainan.
Di kampung saya dan ini kalau dilihat itu di atas itu adalah sebuah kolecer.
Atau permainan kitiran, itu untuk menangkap angin, menyambut angin.
Nah.. ini kitiran inilah yang yang terus saya mainkan dari kecil.
Ini lapangan bermain saya.
Ini jalan menuju sekolah saya, saya harus sekolah kurang lebih jauhnya sekitar 12 km setiap hari. [
Berjalan melewat pematang ini, subuh saya harus berangkat.
Di jalan tidak ada yang bisa saya lakukan.
Baca pusing, apa itu dan sebagainya juga gabisa dilakukan.
Yang saya lakukan adalah bermain.
Dari mulai permainan memakai embum, sampai permainan memakai daun-daunan.
Sampai memakai padi, sampai memakai rumput dan sebagainya.
Itulah yang saya lakukan ketika itu.
Nah.. kemudian saya juga sering bermain.
Nah.. diantara ini pasti ada saya, kalau dengan jeli anda melihat.
Ada saya disana.
Tapi untung nya begitu.
Untungnya saya dengan anda kalau anda itu tinggi, kalau saya kecil itu.
Kalau anda berhubungan dengan anak-anak pasti gini.
Kalau saya tidak usah begitu, tinggal gini aja.
Mereka merasa rendah dengan saya dan tersampailah apa niat-niat saya ke mereka.
Itu untungnya anak kecil.
Nah.. kemudian saya ke Bandung.
Ke kota besar, menurut saya kota besar Bandung.
Trus, disini bisa bermain tidak ya?
Akhirnya saya memutuskan, begitu saya masuk kuliah saya putuskan bahwa saya akan meneliti mainan tradisional.
Apapun, larangan dari siapapun saya akan meneliti mainan tradisional. Dan akhirnya saya menjadi seorang sarjana mainan.
[hadirin tertawa]
Satu-satunya lulusan ITB yang sarjananya mainan.
Nah.. Saya menemukan sekitar 250 jenis mainan tradisional, di Sunda saja.
Itu saya keliling kampung-kampung adat dan sebagainya.
Kemudian saya menemukan 212 mainan tradisional di Jawa.
Kemudian saya menemukan 50 mainan tradisional di Lampung.
300 dari berbagai propinsi dan, sekarang 10 negara dunia dan menemukan,
300 mainan tradisionalnya.
Jadi sangat banyak.
Dan kalau kita urutkan berbagai propinsi di Indonesia itu sangking banyak mainannya bisa ribuan.
Jadi kita ini negara main-main sepertinya.
[hadirin tertawa]
Karena main-main terus, mainannya sangat banyak sekali.
Nah salah satunya ini, ini yang saya dapatkan. Dan ini sebuah rahasia permainan.
Nah misalkan ini, ini sebuah permainan namanya Sondah Mandah, atau Engklek, atau Picek Baju, atau Ingkling atau dan sebagainya. Itu nama nama berbagai propinsi.
Sondah Mandah saya cari, saya keliling saya cari sondah mandah itu apa??
Ketika saya temukan ternyata Sondah Mandah itu kalau.
Ee.. Buka kamus Belanda, itu ada Sondah Mandah itu "sunday monday" ternyata.
Nah.. Kenapa Sunday Monday, saya teliti lagi, ini kenapa Sunday Monday?
Kenapa emang ada Sunday Monday? Ternyata setelah saya teliti, jumlah dari kotak-kotak ini adalah 7, yang terakhir yang gunungan terutama.
Itu 7 itu melambangkan.
Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu.
Nah.. Saya menemukan lagi mainan ini persis itu di Brazil.
Namanya Amarilinha, persis "from earth to heaven"
Jadi ini "earth", nah kotak-kotak pertama itu "earth"
Nah terakhir itu bulatan terakhir itu namanya "heaven", surga.
Jadi dari dunia ke surga.
Nah ketika anak loncat, hari pertama di hari Senin.
Senin, Selasa, Rabu, Kamis dan sebagainya sampai balik lagi.
Balik lagi sampai ini menutup matanya dengan begini dan sebagainya.
Itu memberikan apa ke anak anak? Bahwa dia disadarkan, setiap hari adalah bekerja keras.
Setiap hari bekerja keras, Senin angkat kaki, Selasa, Rabu dia pegang ini, membutakan mata dia kerja keras.
[hadirin tertawa dan bertepuk tangan]
Hasilnya apa? Hasilnya dia mendapatkan bintang, tek.
ini rumah saya tidak boleh ada orang yang tinggal di tempat ini, ini rumah saya.
Akhirnya temannya harus meloncat begini.
Oh rumahnya, loncat dia lebih jauh lagi.
Nah, kemudian ada yang dapat tiga rumahnya, ada yang empat.
Ada satu orang yang kebagian rumah-rumah aja kerjaannya loncat aja, itu persis,
persis kita sekarang ini, kalau emang tidak punya rumah; ngontrak kesana, ngontrak sini.
[hadirin tertawa]
Tapi yang paling penting, yang paling penting adalah titik pencapaian di atas dia harus mencapai titik bulatan terakhir.
Bulatan itu semua orang punya rumah disana, dia menyimpan satu rumah disurganya.
Itu tidak usah diajarkan ke anak-anak, anak-anak mengerti sendiri.
Nah banyak hal lain, misalkan gini.
Paciwit Ciwit Lutung.
Injit Injit Semut masih ingat?
Nah.. Itu ternyata bagaimana kita diajarkan tentang "Emotional Quotient".
Belajar tentang emosi
Ketika kita mencubit tangan orang, begitu dibawah pasti kita ketawa.
"Sebentar lagi ke atas, sebentar lagi ke atas"
Begitu paling atas, kita kencengin cubitannya yaa..
Persiskan.. dikencengin, lebih dikencengin, bawah kencengin, bawah kencengin
sampai ke tingkat yang paling bawah adalah kita.
Nah.. Disana disadari, ketika kita menyakiti orang lain, sebenarnya yang sakit adalah kita sendiri.
Disana terus mereka bermain, Paciwit Ciwit Lutung sampai keatas dan itu tidak ada akhirnya.
Mereka sedang mempelajari tentang empati.
Permainan Surser misalkan, ada permainan Surser ketika kecil, itu ternyata setelah saya teliti.
Itu bagaimana dia mengembangkan otak kiri otak kanan.
Ketika ada loncatan otak kiri, nih, ini goyang ini dipukul, kemudian ini loncat ini dipukul, ini goyang.
Coba lakukan
Itu.. memperlancar seluruh.. apa namanya.. garis Corpus Callosum dalam otak kita.
Sehingga loncatan itu menjadi lancar dan anak kita menjadi cerdas.
Ada lagi misalnya permainan
Ee.. Congklak.
Congklak pasti tahu semua?
Dan saya mencari seluruh Congklak di dunia.
Dari Afrika sampai Amerika ternyata mempunyai Congklak.
Hanya beda beda nama saja
Ada.. Namanya apa Pallam Kuzhi.
Di India ada nama.. Berbagai nama.
Sampai di Afrika saya menemukan ada Congklak yang lubangnya 30.
[hadirin tertawa]
Itu gimana mainnya
30 itu melambang kan jumlah hari ditiap.. bulan.
Nah kalau kita jumlahnya 7, jumlah hari ditiap minggu, persis.
Nah.. Kemudian saya angkat satu dihari Senin,
saya simpan hari Senin, Selasa satu, Rabu satu, Jumat satu.
Boleh dua tidak?
Tidak boleh.
Karena kita akan makan dan hidup secukupnya dihari itu.
Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu
Sisanya di kemanakan? Kelumbungkan, masukkan kelumbung.
Tidak boleh semuanya, kita nabung pun jangan semuanya, satu saja.
Nanti akan busuk.
Coba kalau yang lewat, lewat bank. Pasti bau busuk.
[hadirin tertawa]
Nah.. Sisanya dikemanakan?
Sisanya dikemakan?
Bagikan ke teman-temannya.
Tapi jangan sama sekali masukin ke lumbung punya orang.
Artinya kita jangan kasih uang ke orang itu.
Kasihlah pekerjaannya ditiap itu.. Tiap kesempatannya.
Nah.. Disanalah anak-anak sedang belajar tentang bagaimana dia berbisnis.
Bagaimana dia ber-empati tiap orang lainya.
Bagaimana dia mengatur seluruh kehidupannya dengan keuangannya.
[hadirin bertepuk tangan]
Ada lagi Gatrik, Gatrik masih ingat?
Bentrik
Aaaaahh.. Bentrik
Patok Lele kalau di Sumatra, Tak kadal kalau di Kalimantan.
Patok Babi kalau di Sulawesi dan sebagainya berbagai macam.
Sampai ke Perancis punya Gatrik namanya.. Banyak hal..
Ini Gatrik ini, ini bagaimana anak-anak mempelajari tentang matematik.
Belajar matematik melalui mainan. Tekk.
Dua langkah, empat langkah, kurangi dua langkah, sama dengan empat dan sebagainya.
Itu bisa dilakukan anak-anak dengan gampang.
Tidak menghitung, 4 + 4.
Ahhh.. Tidak.
Mereka bermain saja, dengan bermain mereka mempelajari seluruh kehidupan di masa depannya.
Ada lagi namanya.Gobak Sodor
Aah Gobak Sodor, Gala Asin dan sebagainya.
Saya tanya waktu itu ke kampung adat, di kampung adat Naga saya menemukan,
Ada.. Saya tanya, "Gobak Sodor itu apa?"
Ternyata Gobak Sodor itu "Go back so, dor"
"Go back so DOR!"
Jadi..
Jadi harus lari, balik lagi, lewati teman-teman nya dan sebagainya.
Go back so.. Kalau tidak ya ketangkap, DOR!.. artinya begitu.
Dia Gobak Sodor itu adalah pola pertahanan kita.
Bagaimana anak-anak turun gunung, lari ke ini, balik lagi dia teriak "asin".
Dia turun gunung, kelaut dan sebagainya. Dia teriak, "asin" karena dia harus bawa, adalah garam dan sebagainya.
Maka kemenangan itu dibilang "asin" dan sebagainya.
Nah.. Seluruh ini adalah konsep leluhur kita.
Bagaimana sebenarnya kita bermain.
Ini adalah anak-anak sedang belajar tentang dunia.
Bagaimana ketika dia tinggal di dunia yang bulat ini.
Ini sebagai kontrolnya, yang atas sebagai kontrolnya, yang tengah sebagai "sensitivity" garisnya.
Ini sebagai "power" nya.
Buana lumpur, buana panca tengah, buana lelang; tekad, ucap lampah; jiwa, raga, papakaian; buhun nagara, sara; control, sensitivity, power.
[hadirin bertepuk tangan]
Nah.. Kita uraikan, itu adalah konsep leluhur kita yang disuguhkan untuk anak-anak
belajar tentang bagaimana kalau dia tinggal di dunia yang bulat ini.
Kalau tidak jatuh berpegang lah pada yang diatas
Kalau dia lepaskan dia akan terjatuh.
Dia akan belajar itu dan diterima oleh
"Micro cosmos" nya dia
Akhirnya saya menemukan HONG
Ahh komunitas saya.. HONG
Hong, apa itu Hong?
Hong adalah dari kata kata ajaib tadi.
"hom pim pah alaihom"
Apa artinya?
Hom, akhirnya waktu itu, sekolah saya cari.
Meneliti "hom pim pah", kalau orang meneliti tentang pesawat, meneliti tentang apa, dan sebagainya.
Saya meneliti hom pim pah aja lah
[hadirin tertawa dan bertepuk tangan]
"hom pim pah alaihom" itu..
Hom itu menunjukkan tuhan. Hom, Om, Hum, Hu, Huwa.. Tuhan.
"hom pim pah alaihom", dari tuhan balik lagi ke tuhan.
Gambreng itu, diingatkan, "hey.. kamu, semua"
Bahwa kamu, "dari tuhan balik lagi ke tuhan", selesai lah semua.
"Berpasrahlah kamu", makanya anak-anak kalau bermain hom pim pah, selalu berpasrah.
"Hom pim pah alaihom gambreng"
[hadirin tertawa dan bertepuk tangan]
Kita pun harus begitu.
Kita juga harus begitu, berpasrah diri aja, ketika mau masuk kehidupan berpasrah aja.
"hom pim pah alaihom gambreng", selesai.
Kita tidak tahu kalah atau menangnya.
Kalah juga kita tetap senyum. Anak-anak sekarang dibina begitu, kalah tetap tersenyum.
Nah kemudian, saya coba ajarkan itu ke anak-anak, saya ajari mereka bermain.
Bermain dan bermain.
Kemudian anak-anak mengajarkan teman-teman lagi bermain, bermain dari daun, bermain dari pelepah singkong, bermain dari batu dan sebagainya.
Bermain semuanya bermain. Ibu-ibunya, bapak-bapaknya saya ajak bermain semua.
Sampai pejabat juga bermain.
[hadirin tertawa]
Ada artis ketempat saya, siapapun harus bermain. Harus rasakan permainannya seperti apa.
Sasalimpetan, nah saya butuh 5 volunteer mana yang mau Sasalimpetan. 5 orang volunteer Sasalimpetan.
Ok
Sasalimpetan ini, ini sangat unik sekali.
Nah ini lagunya, kita harus nyanyi bersama.
Lagunya seperti ini, tinggal baca saja. Harus bareng!
"Sasalimpetan jajahan aing nu panjang, hey.. hey.."
"Aki janggotan tumpak kuda heheotan, hey.. hey..", ok mainkan semua.
Tu.. wa.. ga..
"Sasalimpetan jajahan aing nu panjang, hey.. hey.."
"Aki janggotan tumpak kuda heheotan, hey.. hey.."
"Sasalimpetan jajahan aing nu panjang, hey.. hey.."
"Aki janggotan tumpak kuda heheotan, hey.. hey.."
"Sasalimpetan jajahan aing nu panjang, hey.. hey.."
"Aki janggotan tumpak kuda heheotan, hey.. hey.."
Heeeeyyy.. Ok selesai.
[hadirin bertepuk tangan]
Terima kasih.. Terima kasih..
Saat kita bermain Sasalimpetan, sebenarnya bagaimana kita diajakan tentang memimpin.
Ketika seseorang menjadi pemimpin. Hanya semua tertawan, semua orang menjadi pemimpin.
Semua memimpin membebaskan teman-temannya.
Ada.. pernah ada anak yang sangat tidak percaya diri, kemudian sering bermain sasalimpetan.
Dan akhirnya mengundang ibu bapaknya bernyanyi di depan panggung.
Ibu bapaknya nangis ke saya, terimakasih anak saya sudah sembuh.
"Kata siapa sakit? Anaknya tidak sakit"
Hanya kita tidak memberikan kesempatan untuk menjadi berani.
Selamat datang di "Pakarangan Ulin"
Akhirnya saya membuat sebuah pekarangan tempat anak-anak bermain, kalau disana..
Kalau semua orang, kalau anda datang kesana nanti, saya ajak bermain pasti, tidak akan ajak apa-apa.
Diajak bermain.
Permainan, inti nya adalah 3:
Konsepnya mengenal diri, mengenal alam dan mengenal tuhan.
Ini permainan wayang ini.. dari pelepah singkong. Bagaimana konsep diri itu..
Dia mulai mengenal air. Ada permainan air.
Dari Babalonan sarung dan sebagainya, ini mengenal airnya.
Mengenal apinya dengan permainan Damar Sewu.
Nah ini, permainan angin, Kolecer dan sebagainya. Kitiran.
Anak-anak gampang mengenal angin itu.. Loncat terus, jilat itunya cari anginnya, oh sebelah sana.
Akhirnya, begitu anginnya dari sebelah sana dia nerbangin dari sini.
Anak-anak sekarang lihat.. Mau nerbangin layang-layang darimana aja..
[hadirin tertawa]
Ya tidak terbang-terbang. Karena dia tidak kenal anginnya.
Kita harus kenal anginnya.
Nah.. Kemudian ada permainan batu. Ada Pepancakan dan sebagainya.
Akhirnya saya melakukan penyuluhan ke berbagai tempat, bahwa mainan itu penting.
Mainan adalah sebagai konsep dasar manusia hidup di dunia.
Mainan itu sangat serius.
Tapi tidak main-main
[hadirin tertawa dan bertepuk tangan]
Saya sangat serius. Saya kalau bermain itu sangat serius.
Anak-anak kecil, teman-teman saya ini, sangat serius bermain.
Ketika petak umpet, sembunyi dan sebagainya. Terus ketemu same kucingnya, hey ketemu.
Serius ajah, udah ketemu. Saya bermain dengan serius, mereka serius.
Tapi orang yang mengatakan sekarang serius.
Aturannya malah dilanggar semuanya.
[hadirin bertepuk tangan]
Siapa yang lebih serius, kayanya mainan.. mainan yang lebih serius dibanding kita/
Nah, apa lagi sekarang ini.
Pola pendidikan kita yang sekarang mengacu kepada pola pendidikan..
tidak tahu entah pola kemana, saya juga tidak tahu.
Nah.. Bapak Ki Hajar Diwantoro adalah bapak pendidikan kita.
Tapi saya sangat sedih karena tidak ada satupun ajaran Bapak Ki Hajar Diwantoro diajarin sekarang, tidak ada satupun.
Tidak ada satupun,
bagaimana alam ini sebagai proses pembelajaran tidak ada,
bagaimana tingkatannya Wirasa, Wirahma, Wiraga tidak ada,
bagaimana konsep Taman Siswa, Taman Marja, Taman Brewasa itu tidak ada,
semua berubah.
tapi tetap Bapak Ki Hajar Diwantoro menteri pendidikan, eh tokoh pendidikan, kan aneh.
[hadirin tertawa]
Sedih saya.. Nah saya ajakan ke ibu-ibu, ke anak-anak semua. Bahwa inilah proses pembelajaran kita.
Disinilah kita belajar.
Di mainan tradisional lah kita belajar
Semua mainan ada disini, semua konsep kehidupan ada disini.
Untuk menyiapkan masa depannya.
Apa yang ingin dikatakan oleh Huizinga sebagai, bahwa kita adalah "*** Ludens" makhluk bermain.
Kita sedang bermain saja. Saya masuk kesini, terus anda disini. Trus tiba-tiba main, main aja.
Aturannya masuk ya jam segini ya, sekarang keluar jam segini ya, semua nurut aja, keluar masuk lagi, keluar masuk lagi.
Kita bermain sebenarnya, "just a game" saja.
"Just a game", saja. Bermain saja. Anggap saja bermain.
Seluruh dunia punya mainan. Saya sudah coba teliti dan semuanya hampir sama.
Mainannya hampir semuanya sama. Bahkan ini Congklak
Di berbagai negara, ada Pallam Kuzhi, ada Owari, Mancala dan sebagainya.
Siapa sangka bahwa Congklak ada dimana-mana.
Ini Engklek ada dimana-mana dan sebagainya.
Bahwa kekuatan kita itu ada disini.
Indonesia itu paling banyak mainannya.
Makanya saya.. Tadi diungkapan beliau bahwa cita-cita saya adalah, setiap orang yang belajar mainan itu ke kita.
Boleh lah belajar komputer itu ke Jepang atau ke Amerika atau kemana.
Belajar mobil itu kemana, boleh lah.
Tapi seluruh dunia belajar permainan ke kita
[hadirin bertepuk tangan]
Karena belajar tentang kebersihan.
Kalau anak-anak bermain Petak Umpet dan sebagainya, tidak dibatasi, biarkan saja.
Karena mereka sedang belajar tentang kepatuhan.
Kita terus menerus mengajarkan mereka tentang kepatuhan, kita suruh mereka taat kepada tuhannya, kita suruh mereka taat kepada ibu bapaknya.
Tapi konsep kepatuhan itu tidak diajarkan.
Mereka sedang belajar tentang kepatuhan melalui mainannya.
Mereka sedang mempelajari dunianya,
mereka sedang mempelajari hidupnya.
Itulah Indonesia.
Tapi apapun yang dilakukan oleh kita, jangan bersedih Indonesia.
Karena saya akan menjaga
Mu pertiwi.
Terima kasih
[hadirin bersorak dan bertepuk tangan]