Tip:
Highlight text to annotate it
X
Perang Pasifik (1941-1945). Perang luar biasa dalam sejarah modern.
Konflik raksasa antara Kekaisaran Jepang dan Amerika Serikat,
meliputi setengah planet Bumi, dari San Fransisco hingga pinggiran India.
Prajurit kedua pihak bertarung di alam paling brutal,
dari hutan dan rawa penuh malaria di Papua, hingga wilayah pasir berbau & panas di Iwo Jima.
Teknologi modern dan mematikan digunakan baik di dalam lautan, di permukaan, di darat, dan di udara.
Pada akhirnya terjadi tragedi nuklir pertama dalam sejarah manusia.
Puluhan juta jiwa melayang, dan terjadi pembantaian warga sipil secara besar-besaran.
Semua ini berawal ketika Penjajahan merambah ke wilayah Asia Timur,
menundukkan masyarakatnya, dan menjarah sumber daya alamnya, untuk kerakusan mereka.
Di awal tahun 1900-an, Jepang bangkit menjadi kekuatan besar dalam kancah dunia
disebabkan Restorasi Meiji.
Dengan penduduk 70 juta jiwa yang terus bertambah dan berhimpitan di pulau yang kecil,
dan dengan sumber daya alam terbatas, Jepang melirik tetangga dekatnya, Cina.
Namun sial! Cina ternyata sarang bagi penjajahan Barat,
ia dibagi dan ditundukkan oleh Inggris, Amerika, Jerman, dan bangsa Barat lain.
Pemerintahnya sangat korup dan masyarakatnya pemalas,
disebabkan penggunaan narkotika yang didukung dan dipasok oleh Inggris.
Selain itu ada ancaman Komunisme tepat di ambang pintu Cina di utara.
Melihat hal menyedihkan di mana bangsa Asia diperbudak di tanahnya sendiri,
Jepang berusaha memberantas penjajahan Barat,
sekaligus membawa agendanya sendiri.
Usaha Jepang untuk mensejajarkan dirinya dengan kekuatan Barat
tidak dianggap remeh oleh Inggris dan Amerika.
Melihat kepentingan penjajahan mereka terganggu di Cina,
kekuatan Barat menjatuhkan sanksi memalukan ke Jepang.
Ketika Jepang mengusahakan perjanjian persamaan ras,
dia ditolak mentah-mentah.
Ketika Jepang mengusahakan perjanjian persamaan alat perang,
lagi-lagi ia ditolak.
Jepang kemudian lebih bertekad untuk memberantas perbudakan Barat,
dan mengembalikan Asia kepada penduduknya.
Jepang memperluas pengaruhnya di Cina
dengan mendirikan negara tameng di Manchuria
sebagai benteng terhadap Komunisme di utara.
Jepang juga menduduki pusat industri dan ekonomi Cina.
Amerika Serikat sangat marah
terhadap pelanggaran kekuasaan mereka di Cina.
Amerika bertekad bahwa Jepang tidak akan menjadi kekuatan besar di kancah dunia.
Sehingga, di tahun 1930-40an, Amerika
memaksakan tuntutan mustahil
yang bertujuan mempermalukan Jepang dan menundukkannya.
Sanksi ini sangat keras
sehingga menggoncang kemampuan ekonomi dan industri Jepang.
Dengan ketiadaan minyak, besi, dan bahan bakar pesawat dari luar,
Jepang hanya bisa menghitung hari kehancurannya.
Di awal 1941, Amerika membekukan semua aset dan uang luar negeri Jepang
yang digunakan untuk membeli sumber daya alam dari luar.
Hal ini benar-benar memukul Jepang
karena ia tidak memiliki sumber daya alam sendiri
di wilayahnya yang kecil.
Karena embargo ini, kemudian Jepang merencanakan Zona Kemakmuran Asia Raya,
sebuah blok Asia raksasa yang membentang dari Cina, Korea, Indocina, Malaya,
hingga kepulauan Indonesia.
Di blok ini, semua negara Asia bekerja sama
untuk kemajuan dan kemakmuran wilayahnya.
Ketika Amerika akhirnya menuntut
melalui surat Sekretaris Negara Cordell Hull tahun 1941,
bahwa Jepang harus menyerahkan semua perolehan wilayahnya,
Jepang tidak bisa tahan lagi.
Kesabarannya telah habis,
dan untuk keselamatan negaranya,
ia memilih Perang.
Dalam Perang, ada muslihat.
Dan dalam perang, ada pertaruhan.
Jepang sangat sadar bahwa
berperang melawan kekuatan Amerika
adalah jalan bencana.
Namun ia tak punya pilihan,
perang adalah pilihan terbaik.
Berdamai berarti menjadi bangsa yang dipermalukan dan tunduk,
dengan segala batasan dan perbudakan dari Barat
Dalam perang, paling tidak
ia bisa melukai Amerika
sehingga memaksanya berdamai dengan perjanjian yang menguntungkan.
Kemenangan bagi Jepang berarti merebut perjanjian menguntungkan dari musuhnya,
bukan menghancurkannya.
Dengan serangan yang mudah diterka di Pearl Harbor,
Jepang berusaha menghancurkan angkatan laut Amerika dengan sekali pukulan.
Kemudian kemenangan demi kemenangan diraihnya
saat ia menaklukkan Inggris di semenanjung Melayu,
benteng di Singapura,
dan benteng Belanda di Bandung.
Semuanya tampak begitu bagus & lancar saat ia menyebar ribuan kilometer di Pasifik tanpa perlawanan.
Namun itu hanya awal,
awal bagi bencana besar.
Ketika Amerika mulai mengalihkan pandangan dari Jerman ke Jepang,
Jepang mulai runtuh layaknya rumah kaca.
Pertengahan tahun 1942, Jepang mulai merasakan pahitnya kenyataan
ketika armada lautnya dikalahkan di perairan Papua
dalam perang Laut Koral yang terkenal.
Sejak saat itu, ia mengalami kekalahan demi kekalahan.
Prajuritnya terpukul, hancur,
dan terkepung di hutan-hutan Guadalcanal dan Papua Nugini.
Tentara kekaisaran yang dulunya gagah, kini mati kelaparan
dan membusuk di hutan yang lembap.
Tanpa pasokan perbekalan,
mereka memakan rumput, kadal, tikus, dan bahkan daging manusia,
pemandangan yang sangat menjijikkan.
Tahun 1943, ketika perang di belantara Papua berkobar ganas,
Amerika menyerang basis2 pertahanan Jepang di tengah Samudra Pasifik.
Mereka menggunakan strategi melompat:
menghindari dan melewati pulau pertahanan kuat,
dan langsung menuju kepulauan Jepang.
Akhirnya di tahun 1944, semua harapan seperti musnah bagi Jepang,
saat musuh menyerang Filipina,
efektif memblokir jalur kaya sumber daya alam dari Indonesia.
Di akhir perang seperti ini, Jepang tidak memiliki kemampuan untuk bertarung normal melawan Amerika.
Ia sangat kalah jumlah dan diperdayakan oleh pasukan Amerika.
Sehingga lahirlah konsep Kamikaze,
pesawat bunuh diri dengan muatan peledak tinggi,
menerjangkan dirinya ke kapal2 musuh.
Di akhir tahun 1944, Jepang tidak lagi punya cadangan
prajurit & pilot profesional:
semuanya telah musnah dalam pertempuran sengit.
Pilot2 tak berpengalaman berlimpah ruah.
Dalam pertarungan sengit di Filipina,
bahkan pilot2 yg berpengalaman sulit untuk kembali dengan selamat ketika pergi bertempur.
Bahkan lebih sulit lagi untuk menyerang
kapal Amerika dengan taktik pemboman biasa.
Dengan taktik Kamikaze, sama saja semua pilot tak akan kembali,
namun besar kemungkinan untuk merusak & menenggelamkan kapal.
Taktik ini sangat ekstrim,
hingga bahkan Jepang pun awalnya keberatan.
Namun setelah dijalankan, taktik ini menjadi obsesi nasional.
Ini adalah kisah-kisah mereka,
pahlawan Kamikaze yang mengorbankan jiwa
demi Jepang yang mereka cintai.
Ini adalah kisah mereka berdamai dengan takdir dan kematian.
Ini adalah kisah tentang orang-orang yang ditinggalkan:
istri, orang tua, dan anak-anak.
Dan yang terpenting, ini adalah pengingat,
tentang kebesaran hati manusia
dalam situasi yang luar biasa.