Tip:
Highlight text to annotate it
X
Translator: Antonius Yudi Sendjaja Reviewer: Muhammad Fathi Rayyan
Inilah kakek saya.
Dan inilah putra saya.
Kakek mengajarkan saya cara mengerjakan kayu
saat saya masih kecil
dan kakek juga mengajarkan bahwa
jika Anda menebang pohong lalu mengubahnya menjadi suatu benda,
hargailah kehidupan pohon itu dan ubahlah menjadi
seindah mungkin.
Masa kecil saya mengingatkan saya
bahwa dari semua teknologi dan mainan di dunia,
terkadang hanyalah sebalok kayu kecil.
Jika balok itu disusun sampai tinggi
maka akan menjadi hal yang sangat mengilhami.
Inilah gedung-gedung karya saya.
Saya membangun gedung di seluruh dunia
dari kantor saya di Vancouver dan New York.
kami membangun gedung dengan berbagai jenis, ukuran,
dan bahan baku tergantung di mana gedung itu.
Namun kayu adalah bahan kesukaan saya
dan saya akan menceritakan kisah tentang kayu.
Sebagian alasan mengapa saya menyukai kayu adalah
setiap kali orang masuk ke dalam gedung yang terbuat dari kayu,
saya melihat reaksi mereka sangat berbeda.
Saya belum pernah melihat ada yang masuk ke dalam gedung
dan memeluk tiang baja atau ***,
namun saya melihat ada orang memeluk tiang kayu.
Saya melihat bagaimana orang-orang menyentuh kayu itu
dan saya rasa ada alasan di balik hal itu.
Sama seperti butiran salju, tidak ada dua balok kayu
yang persis sama di dunia ini.
Itu adalah hal yang luar biasa.
Saya senang berpikir bahwa kayu
memberikan jejak alam pada gedung-gedung kita.
Jejak alam inilah yang membuat gedung-gedung kita
menghubungkan kita dengan alam di dalam gedung.
Saya tinggal di Vancouver, di dekat hutan
dengan pohon-pohon setinggi gedung 33 lantai.
Di dekat pantai Kalifornia ini, hutan redwood
tingginya setara gedung 40 lantai.
Namun gedung-gedung kayu dalam pikiran kita
di banyak tempat hanya setinggi 4 lantai.
Bahkan aturan pembangunan sebenarnya membatasi kemampuan kita
untuk membangun gedung yang lebih tinggi dari 4 lantai di banyak tempat
termasuk di Amerika Serikat.
Namun ada pengecualian
dan pengecualian itu harus ada,
dan saya harap segalanya akan berubah.
Alasan saya berpikir seperti itu adalah
kini setengah dari kita tinggal di perkotaan
dan angka itu akan meningkat menjadi 75 persen.
Perkotaan dan kepadatan berarti gedung-gedung kita
akan tetap berukuran besar
dan saya rasa kayu dapat memainkan peranan di perkotaan
karena ada tiga miliar orang di dunia saat ini
yang memerlukan rumah baru
dalam 20 tahun ke depan.
Jumlah itu sekitar 40 persen penduduk dunia yang akan memerlukan
gedung baru untuk mereka dalam 20 tahun ke depan.
Lalu satu dari tiga penduduk kota sekarang
tinggal di daerah kumuh.
Itu berarti sekitar 1 miliar orang tinggal di daerah kumuh.
100 juta orang di dunia ini adalah tunawisma.
Tantangan bagi para arsitek
dan masyarakat dalam hal bangunan
adalah mencari jalan keluar untuk memberi rumah pada orang-orang ini.
Namun tantangannya adalah, saat beralih ke perkotaan,
kota dibangun dengan dua bahan baku,
baja dan ***, dan bahan-bahan ini luar biasa.
Inilah bahan baku dari abad yang lalu.
Namun bahan-bahan baku ini juga memerlukan banyak energi
dan menghasilkan banyak gas rumah kaca dalam pengolahannya.
Baja menjadi penyumbang 3 persen dari
gas rumah kaca manusia,
dan aspal menyumbang lebih dari 5 persen.
Jadi, jika Anda berpikir, 8 persen
dari gas rumah kaca yang kita hasilkan saat ini
berasal dari dua bahan ini saja.
Kita tidak banyak memikirkan hal ini, dan sayangnya
Sebenarnya saya rasa kita bahkan tidak memikikan tentang bangunan.
dengan selayaknya.
Ini adalah data statistik Amerika tentang dampak gas rumah kaca.
Hampir setengah dari gas rumah kaca berhubungan dengan konstruksi banngunan,
sama juga dengan energi.
Anda akan menyadari bahwa transportasi adalah penyumbang terbesar kedua,
namun itulah hal yang paling sering kita dengar.
Dan walaupun hal itu banyak berhubungan dengan energi,
namun hal itu juga berhubungan dengan karbon.
Pada akhirnya, menurut saya masalahnya adalah
jalan keluar dari penyelesaian masalah
dalam menyediakan rumah bagi 3 miliar orang
dan perubahan iklim akan bertabrakan
atau bahkan telah bertabrakan.
Tantangan itu berarti kita harus mulai berpikir dengan cara yang baru,
dan saya rasa kayu akan menjadi bagian dari jalan keluar itu
dan saya akan menjelaskan alasannya.
Sebagai arsitek, kayu adalah satu-satunya bahan
yang dapat digunakan untuk bangunan
yang tumbuh dengan cahaya matahari.
Saat pohon tumbuh di hutan, pohon itu memberikan oksigen
dan membersihkan karbon dioksida,
pohon itu mati dan tumbang di dasar hutan
dan melepaskan karbon dioksida kembali ke tanah atau udara.
Jika pohon itu terbakar karbon itu juga akan dilepaskan
kembali ke udara.
Namun jika kayunya diambil dan digunakan untuk membangun
atau dibuat menjadi perabotan atau mainan kayu
hal itu akan menjadi hal yang luar biasa
bagi kita sebagai cara untuk tetap menyimpan karbon itu.
Satu meter kubik kayu dapat menyimpan
satu ton karbon dioksida.
Kini dua jalan keluar bagi perubahan iklim sudah jelas adalah
mengurangi buangan dan mencari tempat menyimpan karbon.
Kayu adalah satu-satunya bahan bangunan utama
yang dapat melakukan kedua hal itu.
Jadi saya percaya kita memiliki
etika bahwa tanah menyediakan makanan kita
dan kita harus beralih menjadi etika abad ini
yaitu tanah menumbuhkan rumah kita.
Kini bagaimana kita melakukannya
dengan laju perpindahan penduduk ke kota seperti ini
dan dengan bangunan kayu yang tingginya hanya 4 lantai?
Kita harus mengurangi penggunaan *** dan baja sekaligus
menjadi lebih besar, dan kini kami sedang mengerjakan
bangunan kayu setinggi 30 lantai.
Kami merekayasa kayu itu bersama seorang insinyur
bernama Eric Karsh yang bekerja bersama saya
dan kami mengerjakan hal baru ini karena
ada produk kayu baru yang dapat kami gunakan
dan kami menyebutnya panel kayu massal.
Panel ini dibuat dari kayu pohon-pohon muda,
pohon-pohon kecil, kayu-kayu kecil
yang dilekatkan untuk membuat panel raksasa
dengan lebar 8 kaki, panjang 64 kaki, dan ketebalan yang berbeda-beda.
Cara paling tepat untuk menggambarkan hal ini adalah
kita semua menggunakan konstruksi 2 kali 4
saat hal itu dikaitkan dengan kayu.
Itulah yang menjadi kesimpulan orang-orang.
Konstruksi 2 kali 4 itu semacam 8 titik balik lego
yang menjadi mainan kita sewaktu kecil,
dan Anda dapat membuat banyak benda keren dari Lego
dari ukuran dan dari 2 kali 4 itu.
Namun harap diingat bahwa Anda menyeleksi
tumpukan Lego di ruang bawah tanah
lalu Anda menemukan Lego besar dengan 24 titik
dan Anda merasa seperti,
"Wah hebat. Saya bisa membuat benda yang besar,
benda yang luar biasa."
Di situlah perubahannya.
Panel kayu massal itu seperti balok lego 24 titik
yang mengubah ukuran benda yang mungkin kita buat,
dan kami sedang mengembangkan apa yang disebut FFTT,
yaitu solusi bersama kreatif
untuk membangun sistem bangunan yang sangat lentur
dengan panel-panel besar ini, di mana kami dapat memiringkan
hingga enam lantai sekaligus jika mau.
Animasi ini menunjukkan bagaimana gedung ini dibangun
dengan cara yang sangat sederhana, namun kini gedung ini
dapat dibangun oleh para insinyur dan arsitek
dari berbagai budaya yang ada di dunia,
dengan gaya dan sifat arsitek yang berbeda-beda.
Untuk keamanan gedung,
kami merekayasa gedung ini
sesuai dengan karakter Vancouver
yang berada di daerah gempa,
bahkan untuk gedung setinggi 30 lantai.
Kini sudah pasti, setiap kali saya mengajukan hal ini
orang-orang di dalam konferensi akan mengatakan,
"Anda serius? 30 lantai? Bagaimana mungkin?"
Dan ada banyak pertanyaan yang cukup bagus dan penting juga
di mana kami menghabiskan waktu cukup lama
untuk mencari jawabannya saat kami mengumpulkan
laporan dan juga laporan yang diulas.
saya hanya akan membicarakan beberapa di antaranya
dan saya akan mulai dengan kebakaran karena
mungkin itulah hal pertama yang Anda pikirkan saat ini.
Cukup adil.
Dan cara saya menggambarkannya adalah
jika saya meminta Anda menyalakan korek api
sambil memegang balok kayu dan mencoba membakar balok itu,
balok itu tidak terbakar, bukan? Kita semua tahu.
Namun untuk membakar, Anda harus mulai dengan potongan kayu
yang kecil yang menjadi semakin besar
dan pada akhirnya Anda dapat membakar balok itu,
dan saat Anda membakar balok kayu itu, tentu saja balok itu terbakar
namun dengan lambat.
Lalu panel kayu massal yang kami gunakan ini
hampir sama seperti balok kayu.
Panel ini sulit terbakar, dan jika terbakar
perilaku pembakarannya cukup dapat ditebak
dan kita dapat menggunakan ilmu pembakaran untuk memperkirakannya
dan membuat gedung ini *** gedung dari beton
dan *** gedung dari baja.
Masalah besar berikutnya, penggundulan hutan.
Delapan belas persen dari kontribusi kita
pada buangan gas rumah kaca di seluruh dunia
adalah hasil dari penggundulan hutan.
Hal terakhir yang ingin kita lakukan adalah menebang pohon.
Atau, menebang pohon yang salah.
Ada model yang dibuat untuk kehutanan berkesinambungan
yang memungkinkan kita untuk menebang pohon dengan benar
dan hanya pada pohon yang sesuai
untuk digunakan dalam sistem ini.
Kini saya sebenarnya berpikir bahwa gagasan ini
akan mengubah ekonomi dari penggundulan hutan.
Di negara-negara yang menghadapi masalah penggundulan hutan,
kita harus meneukan cara untuk memberikan
nilai lebih kepada hutan
dan mendorong orang untuk menghasilkan uang
dangan daur hidup yang sangat cepat --
Pohon berusia 10, 12, atau 15 tahun yang membuat produk ini
memungkinkan kita untuk menanam kembali pada ukuran ini.
Kami menghitung bahwa untuk gedung 20 lantai,
kayu yang digunakan dapat digantikan di Amerika Utara selama 13 menit.
Itulah yang harus kita lakukan.
Kisah karbon di sini adalah kisah yang bagus.
Jika kita membangun gedung 20 kaki dari *** dan baja,
pembangunan ini memerlukan produksi ***
yang melepaskan 1.200 ton karbon dioksida.
Jika kita membangun dengan kayu,
kita menangkap sekitar 3.100 ton karbon dioksida,
sehingga ada selisih bersih 4.300 ton
Itu setara dengan 900 mobil
menghilang dari jalan raya selama 1 tahun.
Pikirkan kembali 3 miliar orang
yang memerlukan rumah itu,
dan mungkin ini menjadi penyumbang untuk mengurangi gas rumah kaca.
Saya berharap kita berada pada awal revolusi
dalam cara kita membangun karena inilah cara baru pertama
untuk membangun gedung pencakar langit dalam 100 tahun ke depan atau lebih.
Namun tantangannya adalah mengubah pandangan masyarakat
akan apa yang mungkin, yang sangat sulit.
Rekayasa sebenarnya merupakan bagian yang mudah.
Dan cara saya menggambarkan hal ini adalah,
secara teknis, gedung pencakar langit pertama --
dan pengertian gedung pencakar langit, percaya atau tidak, adalah tingginya 10 lantai,
namun gedung pencakar langit pertama adalah gedung di Chicago ini
di mana orang-orang merasa takut untuk berjalan di bawah gedung ini.
Baru setelah 4 tahun setelah dibangun,
Gustave Eiffel membangun Menara Eiffel,
dan saat dia membangun Menara Eiffel,
dia mengubah pemandangan di seluruh kota di dunia
dan menciptakan persaingan
antara tempat seperti New York dan Chicago,
di mana para pengembang mulai membangun gedung yang semakin besar
dengan rekor yang semakin tinggi,
dengan rekayasa yang semakin baik.
Sebenarnya, kami membuat model ini di New York
sebagai model teori di kampus
dari sebuah institut teknologi yang akan dibangun,
dan alasan mengapa kami memilih tempat ini
adalah untuk menunjukkan bagaimana bentuk gedung ini
karena tampilan luarnya dapat berubah.
Ini hanyalah struktur yang kita bicarakan.
Alasan mengapa kami memilihnya adalah karena ini adalah institut teknologi
dan saya yakin kayu adalah bahan baku
yang paling canggih yang dapat saya bangun.
Hanya saja alam memegang hak patennya
dan saya tidak terlalu senang akan hal itu.
Namun itulah kenyataannya
jejak alam di dalam bangunan.
Saya mencari kesempatan
untuk menciptakan momen Menara Eiffel baru.
Gedung-gedung mulai bermunculan di seluruh dunia.
Ada gedung setinggi 9 lantai di London,
gedung baru yang baru selesai di Australia
yang saya yakin setinggi 10 atau 11 lantai.
Kita mulai membuat bangunan kayu ini semakin tinggi
dan kita, saya berharap
bahwa kampung halaman saya di Vancover berpotensi
memegang rekor dunia dengan gedung kayu setinggi sekitar 20 lantai
dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Momen Menara Eiffel itu akan menembus langit-langit
dari ketinggian
dan memungkinkan bangunan kayu untuk bergabung dalam persaingain.
Dan saya yakin perlombaan itu akan terjadi.
Terima kasih.
(Tepuk tangan)