Tip:
Highlight text to annotate it
X
Nama saya Agus Putra Abdul Samad. Saya berasal dari Aceh.
Di Indonesia, saya bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota Langsa, Aceh.
Saya memulai karir di dunia perikanan sejak tahun 1999,
dimana pada tahun tersebut saya menempuh pendidikan strata 1 di jurusan Budidaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau;
dan saya lulus pada tahun 2004.
Kemudian pada tahun 2006, saya melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 dalam jurusan yang sama
di Institute of Tropical Aquaculture, University Malaysia Terengganu, Malaysia;
dan berhasil mendapatkan gelar Master of Science Aquaculture pada tahun 2008.
Di tahun 2010, saya mendapatkan beasiswa dari Komisi Beasiswa Aceh
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang doktoral
dalam bidang Aquaculture di Department of Aquaculture, National Taiwan Ocean University (NTOU).
Bidang yang sedang saya tekuni saat ini adalah aquaculture.
Aquaculture atau budidaya perairan merupakan salah satu dari cabang ilmu perikanan
yang mempelajari tentang teknik pemeliharaan,
pengembangbiakan, pembesaran hingga pemanenan ikan
pada suatu lingkungan terkontrol dengan tujuan memperoleh keuntungan.
Ilmu aquaculture sendiri terdiri atas beberapa bidang keahlian khusus seperti:
fish breeding (pengembangbiakan ikan), fish health (kesehatan ikan),
water quality (kualitas air), feeding (pemakanan), dan aquaculture technology (teknologi budidaya).
Ketertarikan saya terhadap dunia perikanan awalnya bermula dari
keprihatinan saya terhadap kehidupan masyarakat
di sekitar tempat tinggal saya yang kebanyakan berprofesi sebagai petani dan nelayan.
Saya memperhatikan bahwa kerja keras yang mereka lakukan
sangat tidak sebanding dengan hasil yang mereka peroleh.
Hal utama yang menyebabkan ini adalah hasil tangkapan yang sulit diprediksi dan cenderung tidak stabil
sehingga mereka sulit untuk mengatur kehidupan ekonomi mereka.
Pembudidayaan ikan di lingkungan terkontrol dapat membantu nelayan memprediksi masa panen,
sistem penjualan, dan sebagainya.
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi budidaya ikan adalah penyakit.
Dalam masyarakat kita, penggunaan bahan kimia dan antibiotik
masih sering digunakan dalam kegiatan budidaya ikan.
Hal ini dapat menimbulkan efek-efek negatif seperti rusaknya kondisi perairan,
kekebalan pada organisme patogen,
serta residu dalam tubuh ikan yang mengkonsumsinya;
dan apabila ikan yang mengandung residu bahan kimia tersebut dikonsumsi oleh manusia
maka sistem fisiologi tubuh manusia akan terganggu.
Oleh sebab itu sebaiknya penggunaan bahan-bahan antibiotik dalam usaha memberantas penyakit ikan harus dikurangi,
dan digantikan dengan bahan lain yang lebih ramah lingkungan.
Salah satu cara yang dapat diterapkan untuk mengurangi penggunaan bahan antibiotik
adalah dengan pemberian immunostimulan.
Immunostimulan merupakan bahan atau senyawa kimia
yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan respon pertahanan tubuh ikan
baik yang sifatnya spesifik maupun non-spesifik.
Pemberian immunostimulan ini diharapkan dapat meningkatkan daya tahan tubuh ikan
terhadap serangan patogen penyebab kematian.
Beberapa contoh bahan immunostimulan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan adalah
temu lawak, kunyit, lempuyang, dan sambiloto.
Saat ini saya sedang mengerjakan penelitian untuk menemukan beberapa tumbuhan herbal
dan bahan-bahan ramah lingkungan lainnya
untuk dapat dijadikan sebagai bahan immunostimulan;
agar nantinya sekembalinya saya ke Indonesia bahan-bahan immunostimulan tersebut dapat digunakan
untuk membantu pembudidaya ikan di Indonesia.
Hingga saat ini saya sudah menulis dan menerbitkan 2 buku tentang perikanan;
yang pertama berjudul Tehnik Pembenihan dan Pembesaran Ikan Lele yang terbit pada tahun 2008,
sedangkan buku yang kedua dalam bentuk Kamus Istilah Perikanan diterbitkan tahun 2010.
Selain itu, saya juga telah mempublikasikan 4 tulisan di jurnal ilmiah perikanan,
dan beberapa tulisan lain juga pernah diterbitkan di salah satu koran harian lokal di Aceh.
Di sela-sela kesibukan saya di kampus,
saya selalu meluangkan waktu untuk melakukan aktivitas-aktivitas di luar kampus.
Saat ini saya aktif dalam sebuah organisasi mahasiswa muslim terbesar di Taiwan,
yaitu Forum Mahasiswa Muslim Indonesia di Taiwan atau FORMMIT
dan dipercaya untuk memimpin di bidang Keilmuan.
Ketertarikan saya bergabung dengan organisasi ini karena saya ingin belajar banyak
tentang bagaimana teknik kepemimpinan yang baik
dan bagaimana merencanakan serta menyelenggarakan event-event besar
seperti kegiatan seminar atau konferensi tingkat internasional.
Selain itu, saya juga terlibat aktif di kegiatan pengajian dan paguyuban pelaut di Taiwan.
Melalui organisasi inilah saya mendapatkan banyak pelajaran hidup.
Berbagi pengalaman dengan para pekerja dan saling menasehati
merupakan hal yang sangat berharga bagi saya.
Sering kali saya diminta untuk memberikan nasehat keagamaan
mengungkapkan pandangan-pandangan saya
terhadap permasalahan keseharian yang dihadapi para pekerja.
Saya senang melihat antusiasme mereka.
Selama berada di Taiwan saya menyadari akan pentingnya menyeimbangkan kehidupan ilmiah dengan aktivitas sosial
agar arah pembelajaran memiliki makna bagi kemanusiaan.
Pergaulan yg luas dengan semua kalangan akan menyadarkan kita akan pentingnya ilmu pengetahuan
yang dapat dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Hal itu akan menjadikan hidup kita lebih berarti.
Dalam hidup ini, ketika kita melakukan sesuatu, ada kemungkinan kita akan membuat suatu kesalahan.
Bila kita membuat kesalahan, itu adalah hal yang hebat karena kita berkesempatan untuk belajar sesuatu.
Akui kesalahan kita, teliti dan pelajari secara mendalam, kemudian jawablah kesalahan itu
karena kesalahan adalah guru yang sangat baik.
Dengan mengenal apa yang salah maka kita akan menemukan apa yang benar.