Tip:
Highlight text to annotate it
X
Jangan lupakan aku, ok?
Aku akan berpisah dengan suamiku./ Kau!
Apa kau bilang tadi?/ Pao.
Kau pulang dengan siapa? Jawab aku!
Kalau kau mau mencari suami baru...
...kenapa tidak mencari yang lebih tampan dariku?
Paman Rong? Kenapa kau ke sini?
Sebelum itu, apa yang kau lakukan di sini?
Aku mengunjungi pacarku./ Pacarmu? Kau kira aku tidak tahu?
Paman, pakai celanamu.
Celana apa? Jangan mengalihkan pembicaraan dan jelaskan semuanya.
Celanamu melorot ke bawah./ Omong kosong! Aku tidak sebodoh itu.
Jelaskan semuanya sekarang juga./ Di sini ada kamera CCTV.
Aku tidak peduli soal itu. Aku tidak berbuat salah./ Pakai celananya!
Pakai yang benar!
Sudah selesai
Ada apa? Kenapa kau menatapku seperti itu?/ Kau memeluknya?
Kapan?/ Tadi saat kau bergerak-gerak.
Apa maksudmu?/ Kenapa kau bersikap seperti ini?
Baik, aku akan menunjukkan padamu dengan gerakan lambat.
Aku sama sekali tidak berniat kurang ajar./ Untuk apa kau lakukan itu?
Cepat benarkan celanamu!
Apa kau bilang tadi? sekalian saja kau makan dia./ Makan apanya?
Paman!/ Apa?
Pergi dari sini! Pergi!
Hei, apa dia benar-benar menciummu?
Aku cemburu. Kau tahu itu?
Aku pulang dulu.
1, 2, 3, 4,.... Dimana satunya lagi?
Hei, Kak Tu!/ Koh!
Lama tidak ketemu. Kau baik-baik saja?
Aku baik-baik saja./ Kenapa barangmu ada di sini?/ Aku pindah ke sini.
Biarkan aku membantumu.
Sudah semuanya?/ Ya.
Kak./ Ya?/ Darimana kau tadi?
Aku belum pulang sejak kemarin malam.
Dia tinggal di atas dan dia imut sekali./ Oh, begitu.
Dia juga kuat sekali. Kami bergulat cukup lama.
Mmmm..., karena kau tinggal di sini, mau kukenalkan dengan dia?
Tidak perlu, kak. Aku sedah berhenti sejak ketemu wanita ini.
Dia luar biasa. Aku rela melakukan apa saja untuknya./ Benarkah?/ Ya.
Baguslah kalau begitu.
Baik, masukkan ke kamarmu sendiri, ya?/ Terima kasih.
Ingat hubungi aku./ Baiklah.
Masih tetap di sini. Sialan!
Kak Tu lupa memencet tombol liftnya. Bodoh sekali.
Kak Rong./ Hei, Koh. Apa kabar?/ Baik.
Koh./ Aku mau memindahkan barangku. Tolong jaga sebentar, aku mau ke toilet.
Pindah kemana?/ Aku akan segera kembali./ Tunggu!
Dia cepat sekali.
Mau memindahkan barang?
Hei, kenapa kalian di sini?/ Mau memindahkan barang.
Katanya ada yang pindah./ Ini barangnya, bawalah.
Sudah selesai?/ Sudah.
Huh, lega. Barangnya sudah di atas?
Barangnya sudah di luar./ Di luar?
Aduh, kok bisa begini?
Aku pindah ke dalam, bukan ke luar./ Benarkah? Lantai berapa?
Lantai 9. Sekarang aku harus bagaimana?
Lantai 9?/ Barangku mau dibawa kemana?/ Aku baru saja turun dari sana
Kau ingat Tu?/ Dia membantuku tadi.
Tadi dia baru bersenang-senang dengan wanita di sana./ Kamar berapa?
903./ 903? Itu kamarku.
Ada apa , sayang?
Ada apa denganmu?
Kau dengan yang di foto itu orang yang sama?/ Benar.
itu berarti semalam kita...?/ Aku harus bilang apa? Kita saling bergantian.
Malam yang hebat. Kau mau kemana?/ Aku mau muntah.
Hei!
Kenapa jadi begini?
Jangan memelukku! Minggir atau kutendang kau!
Sayang./ Rasanya seperti di film horor saja.
Jangan mendekat atau kutendang kalian!
Aku benar-benar sial.
Aku minta pada kalian, tolong rahasiakan ini.
Jangan beritahu siapapun. Yang lalu biarlah berlalu.
Jangan beritahu siapapun, mengerti!?/ Baik.
Tolong jangan beritahu siapapun. Ini rahasia kita bertiga saja.
Baik./ Kalau kalian bisa jaga rahasia, aku akan beri hadiah.
Benarkah? Janji, ya? Selamat jalan./ Aku pergi dulu
Sudah mau pergi, suami Juab?
Bagaimana kalian bisa tahu?/ Kami menunggu giliran kami juga.
Astaga, aku tak mungkin bisa melakukannya dengan kalian semua.
Aku mohon pada kalian, tolong rahasiakan hal ini.
Jangan beritahu siapapun karena aku malu sekali.
Baik./ Terima kasih.
Sudah mau pergi, suami Juab?
Semoga sukses, daaa....
Tidak cuma satu lantai, tapi seluruh tempat ini tahu.
Aku mohon tolong rahasiakan semua ini, ok?
Baiklah./ Rasanya ingin mati saja.
Hati-hati di jalan.
Suami Juab sudah mau pergi?
Kenapa kalian juga bisa tahu?
Sampai menyebar di dua tempat. Tolong akhiri di sini dan jangan beritahu siapapun
Jangan membuatku tambah pusing, aku mohon.
Baik, kami mengerti./ Terima kasih.
Cepat jalan./ Hei!
Antara Sak dan Juab, siapa yang lebih membuatmu puas?
Bagaimana kau bisa tahu?/ Aku yang mengantarmu ke sini semalam.
Tolong jangan beritahu siapapun. Aku malu sekali.
Memanggil pangkalan, soal cerita Sak dan Juab...
...jangan beritahu siapapun. Jangan sampai menyebar keluar dari pangkalan kita.
Cepat jalan dang ingatlah, mulai sekarang aku hanya akan naik bus dan kendaraan umum.
Aku tidak akan naik taksi lagi. Aku malu sekali.
Tolong ke kuil dulu, aku mau membersihkan diriku.
Aku pesan kue dan kopi dingin./ Baik, segera diantar, manis.
Dasar tua bangka kurang ajar.
Capuccino satu./ oh, tidak ada minuman itu di sini.
Aku menulisnya biar kelihatan keren saja./ Di sini hanya ada kopi hitam...
...dan kopi dingin./ Kalau begitu aku pesan kopi hitam
Seberapa hitam yang kaumau?
Eh, apa kalian ingat? Itu Pak Sasang!
Sasom./ Benar, Hai Pak Sasom?
Selamat Pagi./ Selamat Pagi.
Dia yang menjadi komentator Liga Inggris. Aku menontonnya waktu itu.
Dia bilang Manchester United pasti menang./ Lalu siapa yang menang?
Liverpool. Bodoh sekali
Dia juga pelatih tim port Liga Thailand
Tapi aku tak tahu timnya terdegradasi atau tidak./ Kak Tia.
Berapa peringkat timmu?/ Empat.
Dari bawah?/ Dari atas!
Kak Tia, aku mau tanya. Kenapa lapangan bola...
...dibuat berbentuk kotak?/ Supaya ada tendangan bebas
Kalau dibuat berbentuk lingkaran, para pemainnya akan pusing.
Kenapa lapangan ditanami rumput?/ Untuk memperlunak tanahnya.
Kalau ditanami pohon mangga, mereka tidak bisa main bebas.
Kak Kae./ Tia!/ Namanya Tia!
Kak Tia, kenapa gawangnya dipasangi jaring?/ Supaya tahu kalau ada bola masuk.
Sebab kalau dipasangi gorden, akan seperti hotel.
Hei, jangan mempermainkan pelanggan.
Kita harus menghormatinya.
Kenapa kiper memakai sarung tangan?/ Supaya bisa menangkap bolanya.
Kalau dia memakai kondom, tangannya akan jadi begini.
kak, kenapa pemain memakai sepatu bola?/ Supaya bisa bermain dengan baik
Sebab kalau memakai high heels, dia akan jadi model.
Lihat dia datang.
Kalian sering nonton bola?/ Kami selalu menontonnya.
Kenapa wasit berbaju hitam?/ Untuk membedakan dengan pemain.
Dia baru menghadiri pemakaman ayahmu.
Tahu kenapa pemain mencukur rambutnya?
Untuk menyundul dengan baik.
Dia baru keluar setelah mengirim ayahmu ke surga.
Tahu kenapa gigi Ronaldinho tonggos?/ Oh, dia terlahir begitu.
Karena dia memakainya untuk menggali kerangka ayahmu untuk dikremasi.
Cappuccino-nya ada sekarang./ Tidak perlu!/ Baik.
Lain kali jangan menghina Tim Port lagi, mengerti?/ Mengerti!
Hei, ada apa? Apa timmu kalah?/ Kalian juga mau menghinaku?
Ada apa dengannya? pagi-pagi begini sudah marah-marah
Oh, kalian bertiga lagi.
Bagaimana? Berapa wanita yang kalian dapatkan semalam?
5?/ Berhenti!
Jangan bicarakan soal itu./ Lihat dirimu.
Pulang pagi lagi?/ Benar./ Benar.
Kalau istri kami tahu, ini akan jadi masalah besar.
Kami juga tak bisa memikirkan alasannya. Paman./ Apa?
Bisa tolong carikan alasannya?/ Tidak masalah.
Mengurus wanita itu mudah.
Ingat, wanita itu punya perasaan yang peka dan halus.
Salah satu dari kalian harus terluka parah.
Tunggu sebentar.
Kau./ Tidak mau./ Yang jelas tidak mungkin Joon...
...karena dia banci./ Diam! Siapa yang banci?
Kau./ Jangan ucapkan kata itu lagi!/ Memang kau begitu.
Cukup! Jangan katakan itu lagi!/ Kenapa?
Cukup! Banci katamu? Lihat ini!
Ada apa dengannya?/ Hei, Hei!
Banci apanya?/ benar-benar pria sejati.
Tapi pasti sakit.
Nih, aku punya darah palsu.
Kau sudah membawanya sendiri?
Kau terlalu buru-buru.
Kenapa tidak memberitahuku tadi?/ Kau tidak tanya.
Hei, kenapa kau mencakarku? Sudahlah.
Semburkan alkohol ini ke badan kalian.
Semburkan sendiri./ Kau duluan./ Perih sekali
Kenapa menyembur ke mukaku?/ Oh, sopan sekali kalian ini?
Bagaimana, Yern?/ Coba kuperiksa. Ya, sudah bagus.
Sekarang trik penentuannya, namanya pukulan penghabisan.
Tendang anjing saat kau melihatnya./ Menendang anjing?/ Benar.
Apa sulitnya itu?/ Hei!
Lychee! Hei, kenapa kau menendang anjingku?
Hei, Joon!/ Kalian yang menyuruhnya, kan?
Kalian merasa diri kalian hebat?/ Tidak.
Sama sekali tidak.
Kau yang menyuruhku melakukannya./ Kau baru dengar setengahnya.
Aku mau bilang menendang anjing di depan istri kalian.
Dan kau malah menendang anjing orang lain.
Semuanya urus sendiri sekarang. Aku tak mau terlibat./ Sakitnya.
Sakit sekali. Aku sial sekali.
Siapa yang mematikan lampunya? Gelap sekali.
Kita akan mengurus suami masing-masing.
Tidak pulang semalaman. Mereka pasti menemui wanita lain.
Aku akan menghajarnya sampai jera.
Mereka seperti mau perang saja./ Ada apa?
Kenapa rasanya dingin sekali?/ Kurasa kau kehilangan banyak darah.
Bagaimanapun juga, beraktinglah yang benar. Kalau tidak, kita semua tamat.
Kalian kira ini luka palsu?
Kurasa ini tidak akan berhasil. Kita pikirkan rencana baru.
Aku sudah memukul kepalaku. Kita coba saja. Ayo.
Bertahanlah Joon./ Beritahu istriku aku sangat mencintainya.
Joon!
Apa yang terjadi, Joon?/ Darah!
Dingin./ Mari bawa dia masuk dulu.
Dingin. Dingin sekali...
Penakut./ Siapa yang mematikan lampunya? Gelap sekali.
Noyna, kau tidak apa-apa? Noyna?
Aku tidur dengan wanita lain. Aku tidur dengan wanita lain.
Aku tidur dengan wanita lain.
Kalian pasti mabuk dan terkena masalah, bukan?
Kami minum bertiga. Di meja sebelah kami ada 10 remaja pria...
...dan mereka mengganggu beberapa wanita. Kami ingin membantu...
...tapi, kami takut kalian salah paham. Jadi...
Joon mulai bicara tidak enak./ Hei./ Kau memesan daging sapi pedas.
Dan kau bilang pada pelayannya, tidak perlu merendamnya dengan darah sapi...
...karena kau akan mengambil darah segar dari meja sebelah. Lalu...
10 remaja itu mulai melotot ke arah kami.
Aku takut ini jadi masalah besar. Jadi aku bicara pada mereka...
Mau apa lihat-lihat kemari, Nak?
Mereka lalu menuduh kami mencari masalah.
Aku sudah bicara sehalus mungkin. Tetapi mereka tidak mau dengar.
Mereka menyerang kami. Joon terluka. Semuanya kacau.
Perih! Perih sekali!/ Tan, kau baik-baik saja?
Apa kau juga terluka?/ Tidak, lebih baik kita obati Joon dulu.
Tolong rawat dia baik-baik.
Kau mandi saja dulu. Aku akan membuatkanmu makanan.
Baik./ Ayo.
Sayangku, perih sekali.
Tolong obati pelan-pelan.
Sial! Kapan dia melakukannya?
Tan. Hei.
Kenapa belum mandi?/ Aku baru mau.
Kau mau mandi sambil pakai celana?
Ini handukmu./ Terima kasih, sayang.
Jangan lupa turun ke bawah nanti. Makanannya sudah siap./ Baik.
Kenapa dia harus meninggalkan bekas ciuman di sini?
Tan, apa kau...?
Kenapa tidak mandi, malah berbaring seperti itu?
Aku tahu kau akan kembali lagi kemari.
Ada apa?/ Kau kangen padaku?
Apa?/ Kemarilah.
Sayang, kemarilah./ Dasar kau ini.
Ini masih siang.
Celana siapa ini?
Punya siapa?/ Jawab, bodoh, punya siapa ini?
Tan?/ Di mana kau menaruh celanamu?
Kau takut aku menemukan noda lipstik di celanamu?
Awas kalau ketemu nanti./ Oh, tidak.
Tidak pernah. Kau tidak pernah percaya padaku.
Bagaimana kita bisa terus bersama seperti ini? Aku langsung kerja saja.
Joon, tenanglah.
Di rumah ini tak bisa istirahat sama sekali. Selalu saja menuduh yang bukan-bukan.
Aku tidak perlu tinggal di sini kalau kau tidak suka.
Joon, tunggu! Aku ikut denganmu.
Aku mengerti mungkin kau terlalu banyak pikiran...
...dan merasa tidak bahagia.
Meskipun aku mengerti, bukan berarti aku tidak terluka.
Siap?
Hei, Joke./ Ya?/ Klien kita sudah memilih Amy.
Tolong hubungi dia./ Hubungi apanya?
Suaminya baru telepon. Dia tidak mengijinkannya datang ke sini lagi.
Kenapa?/ Suaminya hampir menghajarnya sampai mati kemarin malam.
Hei./ Dia juga memberitahu...
...istrinya menghilang semalaman bersama seorang fotografer.
Benar-benar tidak tahu malu orang itu. Tak punya etika sama sekali.
Kalau sampai bertemu dengannya, aku akan menampar dan menguburnya.
Dan terus seperti itu./ Hei, cukup.
Lupakan semua itu, ok?
Aku tidak bisa. Karena dia sudah membuatku sakit kepala.
Jadi, dimana kita akan mencari penggantinya?
Untuk apa pena ini?/ Untuk poster, Nona.
Boleh aku mencobanya?
Tidak! Ini pernah operasi hidung
Ini tidak sama sekali! Apa ini?
Hanya ini saja?
Ini. Aku menemukan model baru.
Dia cantik sekali./ Lebih cantik dari Amy, kan?
Aku pilih yang ini./ Baiklah.
Siapa namanya?/ Aku tidak tahu.
Nomer teleponnya?/ Aku tak tahu juga.
Aku tidak tanya./ Kenapa denganmu?
Tidak ada nama dan nomor teleponnya.
Bagaimana kau mau menghubunginya untuk bekerja pada kita?
Dengar baik-baik, kali ini....
...kalau sampai gagal, itu tanggung jawabmu.
Kau suka mobil yang kubelikan untukmu?/ Ya.
Nyonya Suzie, kau beruntung punya suami yang baik.
Dia tidak tahu suaminya itu memukulinya tadi.
Mobil ini benar-benar bagus./ Warnanya indah sekali.
Bos!
Terima kasih atas perhatiannya. Sampai di sini saja.
Selamat menikmati musiknya.
Hai, sayang. Lama tidak bertemu./ Lama tidak bertemu kepalamu!
Jangan sentuh dia! Dia pacarku.
Pacarmu?/ Ya./ Dia itu mantanku.
Ada apa dengannya?/ Hei, Tan.
Kau kelihatan tegang sejak kita sampai di sini.
Jangan khawatir. Kau akan menemukannya suatu hari nanti.
Bagaimana caranya? Tidak tahu namanya, nomor teleponnya...
...dan alamatnya. Bosku juga menginginkannya.
Dasar kau ini. Kau atau bosmu yang menginginkannya?
Aku sudah kenal sifat aslimu, Tan.
Dia cantik sekali./ Ya./ Seperti wanita yang di sebelah sana.
Ayo minum.
Aku pergi dulu./ Daaa...
Permisi, ada yang ingin kubicarakan. Aku...
Kalau ingin tahu nomor teleponku, tanya saja.
Sebenarnya aku seorang fotografer...
...dan aku sedang mencari model untuk produk baru ini.
Jujur saja tidak ada model yang lebih cocok darimu.
Dan kalau bukan kau modelnya, aku akan mendapat teguran dari atasanku.
Aku benar-benar ingin kau bekerja pada kami, nona.
Namaku Tan.
Boleh tahu namamu?/ Suzie.
Senang bertemu denganmu. Sampai nanti.
Oke? Besok aku akan membuatmu menjerit ga-ga-ga
Kau ini bicara dengan istrimu atau sapi?
Sayang, cium aku.
Daaa.../ Hati-hati menyetir.
Cepat kembali atau aku akan merindukanmu./ Daaa...
Cepat pulang. Aku sudah kangen padamu./ Hati-hati di jalan.
Daaaa....
Istri kita sedang pergi. Mari kita bersenang-senang.
Kurasa tidak. Aku sudah berjanji untuk menyirami tanamannya.
Dan aku belum melakukannya./ Kau ini suami atau anaknya?
Tidak tahu. Tapi yang jelas aku memang menghisap dadanya.
Kau ikut?/ Tidak./ Dasar bodoh.
Tan, ayo kita pergi bersenang senang.
Aku sibuk./ Memangnya pekerjaanmu sepenting itu?
Aku sudah tak tahan lagi
Karena waktunya tidak banyak, kita langsung mulai saja.
Suara apa itu?/ Mungkin itu suamiku.
Kalau dia suamimu, siapa aku?/ Sudahlah.
Kau bukan pria pertamaku. Cepat sembunyi./ Sakit sekali.
Sembunyi dimana?
Apa kabar sayang?/ Kau kangen padaku?
Tentu saja./ Nampaknya kau sudah bersiap-siap.
Baik, aku tidak akan mengecewakanmu.
Siapa itu? Suamiku.
Apa? Suamimu?/ Benar.
Kalau dia suamimu, siapa aku?/ Sudahlah.
Kau bukan pria pertamaku./ Kenapa kau bilang begitu?
Bicaranya nanti saja. Sembunyilah dulu./ Dimana?
Jangan lupa ambil barangmu. Jangan di bawah kasur.
Terlalu rendah./ Cepat.
Terlalu tinggi. Sembunyi di mana?
Ada masalah?
Kau bilang tidak mau datang./ Aku tak kuat menahannya.
Hei, kenapa kamu di sini?
Suaminya datang. Bagaimana denganmu?
Suaminya datang
Siapa itu?/ Suamiku.
Suamimu?
Di mana kamar mandinya?/ Cepat sembunyi.
Katanya kau sibuk
Ternyata kalian.
Apa yang kalian lakukan di sini?/ Sama denganmu.
Lalu kenapa kau ada di sini?/ Suaminya datang.
Suamiku.
Jangan di situ.
Apa yang kau lakukan di situ? Kemari kau.
Apa yang kau lakukan? Kenapa lama sekali?
Astaga. sudah ada *** sepertinya dan dia masih belum puas?
Pelan-pelan atau dia akan mendengarnya./ Dia orang asing.
Dia tak akan mengerti bahasa Thailand. Senyum saja sambil membicarakannya.
Kenapa kau kelihatan panik? Jangan-jangan ada teman priamu di sini.
Dasar mesum. Binatang liar.
Keparat
Anjing hitam./ Anjing kepalamu?
Dia bisa bahasa Thailand./ Lebih hebat dari ayahmu.
Sekarang ini semuanya memang lebih hebat dari ayahku.
Bodoh. Bodoh.
Ayahmu bodoh.
Harusnya aku tidak bicara dengannya tadi.
Kenapa di sini?/ Suaminya datang.
Apa dia di kamar mandi?/ Oh, kenapa kau mengeluarkan pistolmu?
Kalau dia ada di dalam sana, aku akan menembak pantatnya.
Sudah kubilang tak ada siapapun./ Siapa yang bertanya padamu?
Aku hanya memberitahumu saja.
Halo? Apa? Dia tidak bayar?
Baiklah aku akan segera ke sana.
Kau beruntung kali ini. Tunggu aku di sini.
Jangan lepas gaun itu. Aku akan segera kembali.
Apa dia ada di bak mandinya?
Dia pasti sembunyi di sana.
Aku mau periksa sebentar.
Hei, kalian yang di sana.
Mau ke mana kalian? Istri siapa yang kalian goda?
Jangan berani-berani menggoda istriku atau akan kuhabisi kalian.
Silakan silakan..
Baju bagus. sama seperti punya istriku.
Kau suka memakainya?/ Benar./ Jadi, kau banci?
Joon, tenanglah...
Dia menyebutku banci./ Itu karena kau memakai baju seperti itu.
Aku bukan banci. Aku tak suka memakai ini./ Sudahlah.
Apa itu banci?
Diam!/ Dia menghina ayahku tadi.
Siapa yang mau kerja di saat seperti ini?/ Selamat pagi./ Selamat pagi.
Kalian punya buah apa saja?/ Macam-macam, Pak.
Ada buah naga?/ Ada, Pak./ Aku pesan satu./ Baik
Hei, tolong keluarkan bijinya. Aku tidak suka ada bijinya./ Baik.
Hei!/ Ya?/ Satu buah naga tanpa biji./ Baik.
Ada apa?/ Buahnya habis
Kenapa tidak bilang dari tadi?/ Aku baru saja diberitahu dari dapur.
Bagaimana kalian ini?/ Sudahlah. Jangan terus menekannya.
Aku pesan Mix Fruit./ Baiklah.
Ayo minum./ Ini pesanannya./ terima kasih.
Apa ini?/ Mix Fruit yang anda pesan.
Kau yakin?/ Ya./ Sungguh?/ Ya.
Ini Line Fruit, kan? Lihat, semuanya sejajar.
Bagaimana bisa disebut Mix Fruit? Dasar bodoh.
Periksa dulu kepalamu!/ Pak, kau ingin Mix Fruit?
Benar./ Baik, silakan tunggu sebentar.
Pesananmu akan segera siap.
Mix Fruit? Ini sudah jadi.
Silakan dimakan. Sudah puas, bukan?
Sialan!
Hei, Tu. Dia baru saja memanggilmu sialan.
Aku tahu. Tidak usah mengulangnya.
Berantakan sekali. Lebih baik aku memakanmu saja.
Halo?/ Apa aku sedang bicara dengan Tan? Ini dari Suzie
Halo.
Apa kau ada waktu?/ Ya, ada.
Kalau begitu, ayo kita ketemu setengah jam lagi.
Baik, aku akan segera ke sana. Sampai nanti.
Aku pergi dulu./ Tunggu./ Kau mau kemana?
Hei, kau belum makan Mix Fruit-nya./ Makan saja sendiri.
Daaa..../ Tan, makan ini dulu.
Mau ke mana?/ Ada yang menawariku pekerjaan.
Itu tidak perlu. Tugasmu hanya cukup merawatku saja.
Aku sudah janji bertemu dengannya.
Aku tidak mengijinkanmu pergi.
Tembak saja.
Kau mati.
Maaf
Jadi, apa kita tidak segera membicarakan pekerjaan?
Ini dimulai saat aku diam-diam memfotomu.
Bosku kebetulan melihatnya dan dia ingin kau jadi modelnya.
Tapi, aku gagal merekrutmu....
...dia akan memecatku.
Dia sudah menegaskan itu padaku.
Mungkin terdengar aneh. Tapi ini benar.
Bisakah kau membantuku?/ Baik.
Benarkah?/ Tapi...
...kamu berutang satu balas jasa padaku.
1, 2, 3, 4, pun bukan masalah. Kau serius?
Terima kasih banyak kalau begitu
Hantu!/ Tu!
Kemari kau!
Jawab aku! Darimana kau?
Pergi ke mana saja kau?
Selamat malam./ Dari mana saja kau?/ Tidak ke mana-mana.
Tega sekali kau, Tan. Kenapa kau memperlakukan aku seperti ini?
Kau bilang kau cinta padaku!
Untung istriku tidak ada.
Apa kau ada di dalam sana?
Apa sembunyi di belakang pintu?
Tidak. Untung sekali.
Jangan-jangan ada di kamar mandi.
Tidak ada. Tidak ada siapa-siapa.
Asyiknya dia tidak ada.
Kalau aku tahu, harusnya aku tambah satu ronde lagi.
Senangnya.
Apa itu manusia atau siluman?
Joon, dari mana saja kau?
Dari mana saja kalian?/ Kerja
Kenapa pulang larut begini?/ Lembur.
Kau lembur juga?/ Syuting film
Kalau kami tidak bohong soal teman yang sakit, kami tidak akan pernah tahu.
Apa? Jadi, ini semua rencana kalian?
Kalian menipu kami!
Rencana siapa ini?
Siapa yang merencanakannya?
Aku tanya siapa?!
Aku!/ Kau? Apa ini namanya keluarga?
Kau tak pernah percaya padaku sekalipun.
Kalau memang sudah tidak cocok, kita pisah saja.
Aku pasti sudah meninggalkanmu kalau kau bukan teman ibuku.
Kenapa harus menipu kami seperti ini?
Hampir kena telingamu.
Halo?/ Tan, siapa yang ada di mobilmu?
Apa? Tidak ada siapa-siapa di sini./ Ibumu telepon?
Aku tidak percaya. Foto dan kirimkan padaku
Baik. Aku akan mengirimkannya padamu sekarang.
Apa?/ Pergi./ Ke mana?
Ke belakang. Aku mau foto./ Sekarang?/ Ya, cepatlah.
Kau selalu begini. Ikut aku juga, OK?/ Bergegaslah.
Kau kelihatan lezat sekali.
Bagaimana? Sudah lihat, kan?
Tapi aku melihatnya./ Apa maksudmu? Bukankah kau sudah lihat?
Tunggu, jangan-jangan kau lihat...
...wanita berambut hitam panjang...
...dengan wajah pucat?/ Ya.
Kau serius? AKu jadi merinding.
Teman-teman kerjaku juga pernah bilang mereka melihatnya.
Bukankah aku sudah bilang jangan membeli mobil bekas?
Aku tidak percaya./ Sudah dulu, ya.
Aku tak mau membicarakannya lagi./ Berhenti di depan sana.
Tan!/ Ayolah, Bow
Siapa yang ada di dalam mobilmu? Tidak!
Ayo ke sana, Bow!/ Lepaskan aku!
Kenapa kau mengerem mendadak?
Bow, mulai sekarang kau tidak perlu takut lagi.
Biksu ini sangat terkenal bisa mengusir setan./ Ya.
Untunglah istriku mengira ada hantu di mobilku.
Kau beruntung sekali, ya?
Dari mana saja kau? Kenapa wajahmu seperti itu?
Moral masyarakat sekarang ini benar-benar sudah bobrok./ Apa?
Aku melihat seorang wanita menunjukkan dadanya pada laki-laki./ Hei!
Berani sekali mereka! Aku ingin melihat wajah wanita itu.
Berapa usia wanita itu?/ Sekitar 28 tahun.
Lalu yang pria?/ Mungkin sekitar 7 bulan
Bodoh, itu pasti ibu dan anak./ Belum tentu! Bisa saja bibi dan keponakan
Aku bertengkar lagi dengan istriku./ Lagi?
Ya!/ Toko apa ini?
Semua pria yang bertengkar dengan istrinya datang ke sini.
Jangan bertengkar lagi. Wanita itu lemah lembut dan juga manis.
Kau harus akur, seperti lidah dan gigi. Lihat istriku.
Silakan kopinya./ Ya./ Selama 10 tahun, kami tidak pernah bertengkar
Waktu itu badannya belum seperti ini.
Wah! Wah! Wah! 3 anak dalam 10 tahun.
Itu anak pertamaku.
Dan yang ini anak bungsuku.
Dan yang tengah, anak tiriku.
Kau pernah berpisah dengan istrimu?/ Tidak!
Pernah bertengkar?/ Sama sekali tidak.
Anak sulungmu anak siapa?/ Anakku.
Anak kedua?/ Anakku./ Anak ketiga?/ Anak tiri.
Cukup! Jangan bertanya lagi. Kau mau membuat kami bertengkar?
Istriku tidak pernah membentakku.
"Sayang, tolong ini". "Sayang, tolong itu". Dia selalu memanggilku sayang.
Siapkan barang anak-anak untuk pergi ke kolam besok, OK?
Kolam apa? Itu air terjun!
Hei, ada apa? Huh?
Kenapa wajahmu murung begitu?/ Masalah lama, Yern.
Lagi-lagi./ Paman Kom.
Istri kalian sudah mulai curiga, kan?/ Ya.
Sekarang mereka akan mengikuti kalian seperti bayangan.
Mengawasi semua gerak-gerik kalian
Ponselmu, kalau ada di rumah, matikan.
Hapus semua nomor di dalamnya.
Matikan!
Sebelum kalian naik mobil, lipat karpetnya...
...lihat apa mereka menaburkan bedak di sana.
Untuk apa mereka melakukan itu, Yern?/ Dasar bodoh!
Itu cara mereka mempermainkan kita.
Lanjutkan, Yern./ Dengar baik-baik.
Kalau ada yang naik ke mobil...
Akan ada jejak kaki. Mereka cerdik, kan?
Ini sangat penting. Masih ada lagi.
Hei, mulai sekarang bagaimana kalian pergi ke Lunla?
Selalu bawa pengaman.
Jangan kalian bawa pulang ke rumah
Kenapa yang ini kecil sekali?/ Pakai di jari kelingkingmu.
Kulit kasar?/ Untuk bermain cepat.
Rasa jeruk?/ Untuk rasa asam.
Mata kambing?/ Untuk yang aneh-aneh.
Sebenarnya ini kafe atau rumah bordil?
Cantiknya. Ayo naik, sayang
Tunggu! Tunggu sebentar, OK?
Ada apa?/ Aku tahu trikmu, nenek tua.
Tidak apa-apa. Kau bisa duduk di pangkuanku, OK?
Berhasil!
Ayo.
Kita bersenang-senang, OK?
Ayo nyalakan mesinnya, kita pergi ke surga.
Tunggu, Muay. Ayo berposelah. Aku ingin membuat teman-temanku iri.
Foto yang bagus, ya?/ Ya, ya.
Bagus, seperti itu.
Astaga, BB-ku. Aku lupa.
Tunggu sebentar, OK? Kau bisa menyalakan mesinnya.
Aku mau mengambil ponselku. Tunggu sebentar./ Jangan lama...
Sayang, kau lihat BB-ku? Oh, rupanya di sini. Aku pergi, ya?
Kau mau kemana? Duduk!/ Ya.
Kau mengirim sms ke siapa?/ Temanku.
Oh, temanmu?
"Kalau kau kolam lumpur, Aku mau jadi kerbaunya."
"Karena aku mencintaimu."
Benar, itu untuk teman priaku./ Kau suka pria?
Ada lagi?/ Tidak, sayang.
Lalu ini apa?
"Walau aku bukan dari *** Care, tapi aku benar-benar 'care' padamu."
Itu untuk pamanku, dia tinggal di panti *** Care.
"Aku tidak punya hati lagi karena seluruh hatiku sudah kuberikan padamu"
Aku ingin menjadi donor organ tubuh./ Oh, mulia sekali, ya?
Itu saja?/ Itu saja.
Kau yakin?/ Ada satu lagi.
Walau aku bukan dari *** Rak, aku ingin bersikap baik padamu
Pantas kau jarang mengirim pesan padaku.
Jangan kau ulangi lagi..
Ya, tidak akan kuulangi lagi.
Kau sudah mengurus nenek tua itu? Aku masih menunggumu.
Joon, Joon, Joon.
Kau benar-benar membawa sial, Muay.
Kau berani menyebutku nenek tua?
Bukan aku, dia yang.../ Nenek tua, huh?
Kamu tahu ini hari apa, sayang?
Hari ini? Hari bahagia./ Oh.
Halo. Hai, Bu.
Ya, kau sudah menerima uang yang kukirimkan?
Kau sudah makan?
Bagaimana kabar ayah?
Kamu lihat sepatuku di mana?
Sepatu apa?/ Sepatu sebelahku.
Kau hanya memakai sepatu sebelah?/ Aku memakai dua-duanya.
Lalu kenapa hanya ada sebelah? Kau ini istriku atau bukan?
Oh, aku tidak tahan lagi. Aku tidak tahan lagi.
Wanita macam apa hanya memakai sepatu sebelah?
Ya, pergi sana. Pergi!
Dasar bodoh! Apa kau tidak bisa berpikir?
Pergi kau! Apa yang dia pikirkan?
Aku beruntung sekali
Kau beruntung, aku berdarah!
Kenapa kau melempar sepatu ini?/ Maaf.
Maaf? Memangnya itu bisa menghentikan pendarahanku?
Ambil kembali sepatumu!/ Hei!
Halo? Joon? Ada apa?
Dimana? Kafe? Baiklah, aku ke sana.
Tu!/ Gawat. nanti kuhubungi lagi, OK?
Joon, ada apa?/ Istriku, dia menyanyi di tempat seperti ini lagi.
Lagi?/ Ya.
Di mana dia?/ Terima kasih.
Kita saksikan mantan penyanyi terkenal, Pornnapa Rohm./ Siapa?
Joom si dada besar./ Istrimu.
Lihat! Dia memasukkan uang 500 Baht ke dada istriku!
Dia pasti mau bercinta dengannya!
Joon, kau punya uang 500 Baht?/ Untuk apa?
Mau kuberikan pada istrimu./ Aku tidak tahan lagi!
Joon, tunggu! Joon!
Hentikan!
Hentikan! Hentikan!
Sayang, jangan menyanyi lagi.
Itu bukan urusanmu!/ Pulanglah. Aku mau melakukan apa saja.
Kalau begitu katakan di mana lagi pacar-pacarmu?
Tidak ada./ Tidak ada?
Baiklah, kalau begitu aku mau buka baju saja.
Tidak!/ Lihat ini!
Lihat!/ Jangan! Jangan lihat! Tutup mata kalian!
Kenapa kau memandangi istriku?/ Dadanya besar.
Ada tidak?/ Baiklah sayang. Aku mengaku.
Siapa saja mereka?
Gib, Sherry, Vine, Hai, Mai, May.
***, Gik, Kai dan Nai, Nut, Nee.
Rak, Sak dan Juab, aku juga memacari mereka berdua.
Musik untukku juga?
Lalu Muay?/ Oh.
Pissamhai, Lamai, Em-on, Samorn, ***-on, Lulu...
...itu pacar Tu.
Keparat! Kenapa bawa namaku?
Kita teman dalam senang dan susah./ Keparat!
Oh, lihat siapa yang datang?
Pissamhai, Lamai, Em-on, Samorn, ***-on, Lulu
Lalu bagaimana denganku? Mati kau!
Apa kita akan bicara atau hanya saling memandang?
Maaf
Saling memandang?
Kau tampan.
Oh! Biar aku saja./ Tidak apa-apa.
Mungkin kita bisa melakukan hal yang lebih unik?
Seperti apa?/ Tunggu di sini.
Wine./ Wine.
Silakan, Bos.
Meja yang ini, Bos.
Halo? Baik Pak.
Ya, Pak. Aku segera ke sana.
La... Lasagna. Bos? Bos?
Bos tidak mau makan?
Hari ini...
Kau cantik sekali
Rasanya aku ingin memotretmu dan menyimpan gambarnya.
Aku ingin pergi ke suatu tempat.
Ya, Pak?
Ada pesanan lain, Pak?/ Tidak, tolong bonnya./ Mereka aneh sekali.
Kau benar, sayang.
Pelayan? Tolong bawakan menunya.
Kau mau apa, sayang?
Aku senang melihatmu tertawa.
Terima kasih. Kau bisa menemaniku sebentar lagi?
Halo?/ Tan, kamu di mana?
Di rumah. Aku di rumah./ Di rumah?
Aku tidak bohong./ Aku ada di rumah
Kalau kau tidak percaya, biar kukirimkan gambar.
Aku... Aku harus pulang
Kau dari mana, Tan?
Mulai sekarang pulang jam 6, paling malam jam 8.
Tapi jadwal band-ku itu malam./ Aku tak peduli! Cari yang pagi!
Kau bisa menyanyikan lagu nasional!/ Bar apa yang buka pagi-pagi?
Bar ini! Kau mau melawanku?
Kau berani melawanku?/ Tidak, aku tidak sengaja.
Sayang...
Kenapa kau melakukan ini, Tan?
Aku tidak tahu alasanmu melakukan itu.
Tapi saat ini aku merasa sangat terluka.
Kau tidak kesepian minum wine seperti itu?
Sudah lama aku belikan tempat ini untukmu, tapi kau jarang datang.
Ganti bajumu./ Ya.
Bos, pasti ada laki-laki lain.
Aku tahu. Kau dan aku.
Lihat saja gelasnya./ Apa?
Gelasnya ada dua. Pasti ada pria lain.
Bisa saja dia minum sendirian./ Mana mungkin? Bos...
Apa mungkin?/ Mungkin diminum satu-satu.
Jadi bagaimana?/ Po!
Terus awasi dia./ Ya.
Membosankan sekali, di rumah seperti ini.
Perasaanku semakin buruk saja.
Hei, Mungkin kita bisa mengajak istri kita berlibur
Mungkin itu bisa memperbaiki suasana.
Pattaya.
Oh, Joon!
Enak tidak, sayang?/ Ya.
Aku mencintaimu.
Lain kali, jangan kau ulangi lagi.
Hutan macam apa ini?
Wah! Gantengnya!
Apa? Aku tidak salah dengar?/ Mau berkencan denganku?
Kencan? Berapa?/ 2,000.
2,000? Aku cuma punya 500 dan sekantung kerang.
Pergi kau! Kau bisa berkencan dengan tanah.
Yang benar saja. Aku jadi teringat Sak dan Juab
Untung kau wanita! Anak-anak jaman sekarang ini tidak sopan.
Memangnya bisa berkencan dengan tanah?
Kau mau apa?/ Makan yang banyak ya, sayang.
Hei! Kau ingat aku?
Oh.
Benar! Dengan 500 Baht, kau pantas mendapat nenek tua sepertinya.
Sayang, aku hanya bercanda.
Walau dia mau, aku tidak akan menukar kerangku.
Bersulang
Baiklah. Kau sudah memberitahu Suzie waku dan tempatnya, kan?
Bagus. Lebih awal lebih baik.
Terima kasih./ Hei, Tan. Sepertinya hubunganmu kali ini terlalu dalam.
Jadi kau mengajak kami ke sini supaya bisa menemui Suzie?
Tan, kita mengajak istri kita ke sini supaya bisa akur lagi.
Jangan temui Suzie. Dengarkan nasehatku.
Aku mengajak dua gadis lain./ Ayo kita pergi.
Tunggu./ Ada apa lagi?
Supaya kita bisa pergi, kita harus membuat istri kita tidur./ Bagaimana caranya?
Aku sudah menyiapkannya./ Apa itu?
Obat tidur yang sangat kuat.
Hati-hati menggunakannya, gajah saja bisa tidur tiga hari.
Dua butir dan dia akan tidur lama.
Apa boleh memakai dua butir?
Ah, istriku kan kuat./ Kau sedang apa, Joon?
Hei, apa itu?
Paracetamol. Aku sakit kepala./ Mana jus jerukku?
Ini./ Kau minum dulu. Kau sedang minum obat, kan?
Itu kurang. Ayo minum lagi.
Cukup, sisakan untukku./ Sudah kuduga kau akan mengatakan itu.
Sial, tertelan.
Benar-benar kuat.
Joon. Joon.
Dia tidur./ Biarkan saja. Kita pergi berdua.
Mana mungkin? Rencana kita bisa gagal.
Menyusahkan saja.
Jelas sekali. Coba kau lihat. Itu benar-benar Suzie.
Jelas sekali.
Ini tas Tan.
Joon!/ Tu!
Di mana mereka?/ Biar kucek posisinya.
Biar aku saja.
Nah, ketemu. 765 01:14:58,488 --> 01:14:60,488 Hallo/ Hallo.
Hei! Hei! Hei! Gawat.
Istriku datang! Hei!
Joon! Istrimu datang!/ Aku tidak mau melihat lumba-lumba.
Bukan lumba-lumba. Istrimu datang
Apa? Istriku?/
Singkirkan barang bukti.
Bagianku juga!/ Tidak perlu!
Aku bisa melompat sendiri!/ Terima kasih.
Kau sedang apa, Tan?
Harga saham turun, sayang. Ya, ya.
Joon, kau sedang apa?/ Memancing.
Memancing? Lihat kailmu!
Aku baru ingat sedang bersihkan dek.
Memancing atau membersihkan dek?/ Membersihkan dek.
Tu, kau sedang apa?
Memancing. Pelankan suaramu, nanti ikannya kabur.
Lalu di mana benang pancingmu?/ Ini kail bluetooth.
Kau ini tidak tahu apa-apa.
Kenapa kau menendangku?
Istriku...
Jangan tinggalkan aku.
Kalau kau pergi, siapa yang menemaniku?
Siapa yang bernyanyi sampai aku tidur?
Siapa yang akan menggaruk punggungku waktu aku gatal?
Ibuku sudah meninggalkanku.
Kalau kau juga pergi, bagaimana aku hidup?
Jangan pergi!/ Lepaskan aku!
Kumohon jangan pergi.
Kumohon./ Aku tidak akan percaya padamu lagi, Tu.
Lepaskan aku!/ Noyna, maafkan aku. Kumohon.
Beri satu kesempatan lagi untuk suamimu yang bodoh ini.
Ya?/ Oh...
Jangan kau ulangi lagi, ya?/ Jangan tinggalkan aku.
Aku tahu aku salah.
Dan memalukan. Bow...
Aku minta maaf.
Maafkan aku. Jangan tinggalkan aku, Bow.
Maafkan aku./ Bagaimana kalau kau mengulanginya lagi?
Aku tidak akan pernah melukaimu lagi.
Jangan pergi. Jangan tinggalkan aku, Bow.
Jangan pergi. Jangan pergi, Bow./ Tidak.
Jangan pergi. Kumohon, jangan tinggalkan aku.
Jangan tinggalkan aku.
Keparat! Minggir!/ Bos.
Bawa dia kemari!
Nona Suzie, bos menyuruh kami membawamu.
Kenapa kau memberitahunya?/ Ini kan perintah bos.
Sudah, lupakan saja.
Suzie, bos ingin bicara denganmu.
Kau ini kenapa? Ayo kita pergi.
Selamat datang di Love Shop.
Anda pasti istri Pak Tan? Anda istri Pak Tu?
Dan anda istri Pak Joon?
Sebenarnya ini acara apa?/ Ayo kita sambut tuan rumah kita.
Apa ini, Tan?
Apa kau tidak ingat ulang tahun pernikahan kita?
Jangan senang dulu. Baiklah, ayo masuk semuanya.
Selamat datang.
Ayo berbaris.
Apa ini?/ Oh, maaf.
Gadis-gadis ini adalah pacar suami-suami kalian.
Dan mulai hari ini mereka akan pergi dari hidup suami kalian.
Benar. Mereka semua. Gib, Sherry, Vine dan Hai, Mai, May.
Lalu pacar-pacar Tu?/ Oh.
Pissamai, Lamai, Em-on, Samorn, ***-on, dan Lulu.
Mereka semua pacarku.
Lalu dua banci di foto itu? Mereka pacarmu, Tan?/ Bukan.
Mereka pacar Joon./ Ya.
Kau bahkan bercinta dengan banci?/ Waktu itu aku sedang mabuk.
Tapi kenapa mereka tidak datang?
Mereka sudah meninggal./ Mereka sakit apa?
Entahlah. Tapi mereka meninggal di kuil Phra Baht Nam Poo.
Mungkin kecelakaan mobil
Jangan pergi. Aku tidak mau sendirian.
Masih ada satu kejutan lagi. Ayo masuk.
Gadis ini adalah milik mereka bertiga.
Tunggu. Tan, kau saja yang bicara. Cukup, Paman.
Ya, kau saja.
Kami bertiga tahu...
...kami sudah melakukan banyak kesalahan.
Karena itu kami memutuskan untuk membeli asuransi untuk kalian.
Kalau suatu saat terjadi sesuatu pada kami, kalian masih bisa hidup tenang
Benar, Pemikiran yang bagus, merencanakan masa depan seperti ini.
Aku juga ingin melakukan hal yang sama.
Tapi setiap aku pergi, pasti ada yang mengatakan...
...telingaku ini tanda orang berumur panjang
Aku jadi berpikir, apa umur telingaku lebih panjang dari umurku?
Karena itu aku membeli asuransi untuk telingaku...
...supaya kalau aku mati, telingaku bisa hidup tenang.
Aku selalu tertawa seperti ini.
Halo, ini Tan./ Aku adik Suzie
Sekarang kau ada di mana?/ Aku ada di Love Shop.
Suzie ditangkap. Tolong selamatkan dia.
Aku tidak tahu harus bagaimana. Tolong dia!/ Tunggu.
Bunuh saja aku. Tunggu apa lagi?
Wanita sepertimu pantas mati perlahan-lahan
Hidup dengan pria sepertimu itu seperti tinggal di neraka.
Apa ada yang lebih buruk dari itu?
Mulutmu sopan sekali.
Tan! Tenang dulu, teman.
Sabar. Kita harus membuat rencana.
Baiklah, kau selamatkan Suzie. Kalian berdua, lindungi dia.
Joon, kau pergi lewat belakang.
Bawa ini. Hajar semua yang kau lihat.
Ayo!
Kapan mereka datang?
Tadi kau memberi mereka senjata.
Kau menemukan mereka?/ Tidak. Mobil mereka juga hilang.
Noyna, kau menemukan mereka?/ Tidaka ada. Sudah kucari ke mana-mana.
Tan! Tan!
Kau kenal Tan?/ Aku kekasihnya. Ada apa?
Suzie./ Tan.
Jadi kau yang bermain-main dengan gadisku?
Apa itu benar?
Bagian mana darimu yang lebih tampan dariku?
Semuanya, Bos.
Buat wajahnya jadi jelek.
Coba lihat, Bos.
Apa sekarang aku lebih tampan darinya?/ Seribu kali lipat, Bos.
Jadi wajah tampan ini yang menggoda Suzie?
Bawa mereka kemari. Aku punya permainan untuk mereka.
Hei! Bawa mereka!/ Jalan
Sayang!/ Noyna, kenapa kau ada di sini? Cepat lari!
Kalau aku meninggalkanmu, jangan panggil aku istrimu lagi.
Istriku...
Jangan takut. Kami akan menolong kalian.
Mau menolong mereka?
Aku punya permainan.
Kalau kalian menang, satu suami kalian selamat./ Selamat.
Bagaimana kalau kami kalah?/ Dia akan jadi begini.
Sayang, jangan biarkan mereka menembakku.
Temukan peluru ini.
Kalau kalian berhasil menemukannya sebelum semua pasirnya habis...
...suami kalian akan selamat. Mulai!
Ayo! Cepat!/ Tapi di mana?
Cepat! Pasirnya sudah hampir habis!
Diam!/ Masih ada satu permainan lagi.
Kalau kalian menemukannya, satu suami kalian selamat.
Menjijikkan sekali, bos./ Cepat! Cari!
Ketemu!
Bos, kenapa kau tertawa?
Ini. Aku menemukannya!
Tapi permainannya belum selesai.
Kita lihat siapa yang paling cepat
Ayo cepat!/ Lepaskan aku!
Cepat!
Bawa dia.
Tan.
Tan./ Tan.
Jangan lukai kami.
Istrimu tidak menang.
Kau harus mati./ Tidak!
Tidak!
Benji! Kau sedang apa?
Bos besar.
Bos besar?
Bodoh!
Kalian bodoh sekali. Sudah tahu licin, malah memaksa jalan.
Apa yang kalian lakukan?
Bagaimana kau datang kemari, bos?/ Mungkin terbang. Aku ini superman.
Kau tidak mendengar suara kapal?/ Kenapa bos datang ke sini?
Kau menangkap istriku./ Istrimu?
Ya./ Siapa?
Joom./ Oh, Joom?
Dia mantan istriku.
Aku tidak tahu itu, bos./ Bebaskan istriku!
Baik, Bos./ OK?
Baik, Bos./ Beres.
Joom, aku sudah melakukannya untukmu.
Terima kasih bos besar. Terima kasih banyak.
Baiklah, aku pergi.
Hati-hati kepeleset, Bos.
Kenapa kau mengatakan itu?
Karena kau mengatakannya, aku jadi kepeleset.
Keparat!
Hei. Bebaskan mereka.
Suzie, kau bebas.
Bow.
Bow. Bow.
Bow, aku... Maaf, tapi aku tidak melakukan apa-apa dengannya.
Bagiku lebih baik kau melakukan sesuatu dengannya.
Aku lebih terluka karena aku tahu kau mencintainya.
Bow! Bow!
Diary ini mencatat semua kenangan manis kita, Bow.
Simpanlah. Aku tidak mau kau melupakannya.
Ini adalah hadiah pertama yang kita beli.
Izinkan aku menyimpannya.
Kau boleh menyimpan sebelah, Tan.
Sepatu ini seharusnya berpasangan. Kenapa kita harus memisahkannya?
Kalau tidak berpasangan, maka tidak ada artinya.
Dulu aku berkencan dengan banyak gadis, tapi aku melupakan mereka.
Hanya satu yang tak pernah kulupakan.
Tanpamu Bow...
Aku...
Aku tidak ada artinya lagi.
Bow...
Aku mencintaimu, Bow.
Lalu kenapa kau melakukan itu?
Kenapa? Kenapa? Kenapa?
Kenapa kau melakukannya?
Kenapa. Tan?
Kenapa?
Ada apa?/ Pengiriman kasur, Pak.
Tu, kau memesan kasur?/ Tidak. Kau?/ Bukan aku.
Lalu siapa yang memesan?/ Tidak tahu/ Aneh.
Hei, itu kasurku./ Hei, untuk apa kau memesan kasur?
Kami rujuk semalam./ Lalu?
Kasurnya... / Rusak?
Jadi semalam ada yang bulan madu.
Tolong bawa naik kasurnya.
Yang lama juga dibawa turun, ya?
Aku mau lihat yang mana yang rusak./ Hei. Dasar kalian ini.
Gara-gara main perempuan, kita hampir kehilangan istri kita.
Cukup, aku menyerah.
Aku tidak akan melakukannya lagi.
Mungkin situasi kita tidak terlalu parah.
Tapi Tan. Dia harus hati-hati.
Aku tidak bisa membayangkan kalau sampai harus kehilangan istri.
Benar, yang penting istri kita kembali.
Bagaimana kalau kita menutup klub Lunla...
...dan menggantinya menjadi klub Penyayang Istri? Setuju?
Ide bagus, kan? Ide bagus?
Bagus...