Tip:
Highlight text to annotate it
X
Kita selalu mendengar bahwa menjadi egois adalah salah satu ciri karakter yang siapapun dapat miliki.
Karakteristik tersebut bernada keserakahan, hak, dan kekejaman.
Dan meski demikian, beberapa alasan kita gagal untuk memiliki hidup yang seharusnya, dan karenanya berakhir jahat, dingin dan mudah marah,
adalah karena kita menderita dari sebuah problem yang berseberangan: pengorbanan diri yang berlebihan--
kerendahhatian yang berlebihan, rasa hormat yang terlalu gegabah untuk memenuhi keinginan semua orang kecuali diri kita sendiri.
Masalah kita adalah bahwa kita tidak cukup egois.
Kita secara kolektif menjadi bingung karena kita gagal untuk membedakan antara versi yang baik dan yang buruk
dari keegoisan.
Jenis keegoisan yang baik dan yang diinginkan melibatkan kepemilikan akan keberanian dan kesadaran diri untuk memberikan prioritas
kepada diri kita sendiri pada titik-titik tertentu, kepercayadirian untuk maju tentang kebutuhan-kebutuhan kita--
tidak dengan maksud untuk membahayakan atau menolak orang lain, namun demi melayani mereka dengan cara yang lebih mendalam, lebih terus menerus
dan lebih berkomitmen untuk jangka waktu yang lama.
Keegoisan yang buruk, di lain pihak, beroperasi tanpa akhir yang lebih baik di pandangannya, dan tanpa motif yang lebih tinggi di dalam pikiran.
Kita tidak menolak untuk membantu hanya untuk menyusun sumber daya kita, untuk menawarkan kepada orang lain sebuah hadiah yang lebih baik tanpa akhir,
kita hanya tidak bisa diganggu.
Sayangnya, karena menjadi bingung tentang perbedaan ini, kita sering kali gagal untuk menjadi cukup berani
dalam menyatakan kebutuhan kita sejelas yang seharusnya,
dengan hasil yang membawa malapetaka tepatnya bagi kita yang berniat untuk melayani.
Sebagai contohnya, untuk menjadi seorang orang tua yang baik, kita perlu untuk memiliki sejam untuk diri kita sendiri setiap hari.
Kita mungkin butuh untuk mandi pancuran air hangat dengan waktu yang lama untuk memikirkan kejadian-kejadian yang sudah terjadi.
Kita mungkin perlu untuk melakukan sesuatu yang kelihatannya sedikit sabar, seperti menggambar objek hidup atau latihan klarinet.
Namun karena kita mungkin merasa betapa berkebalikannya harapan-harapan untuk keinginan-keinginan ini dapat terlihat,
kita mungkin memilih untuk diam tentang keperluan kita dan hanya lanjut bekerja.
Dan sehingga, kita menjadi semakin kasar, marah dan dingin kepada mereka yang bersandar kepada kita.
Kurangnya keegoisan dapat membuat kita -- perlahan-lahan -- menjadi orang yang tidak dapat berkompromi, juga tidak efektif.
Keegoisan yang baik tumbuh dari sebuah pengertian yang tidak malu-malu akan apa yang kita butuhkan untuk memaksimalkan
utilitas kita untuk orang lain.
Sebagai orang yang beregois dengan baik, kita menerima apa yang kita butuhkan untuk mengembangkan kemampuan kita, mendapatkan pikiran kita ke dalam bingkai yang tepat,
memanggil kekuatan kita yang paling berguna, dan mengatur pikiran dan perasaan kita sehingga mereka bisa, pada akhirnya,
menjadi berguna bagi dunia.
Kita menyadari bahwa kita akan, pada momen-momen tertentu, harus mundur dari melakukan berbagai hal
yang orang-orang akan ingin kita lakukan.
Namun kita tidak memiliki penyesalan dalam menjelaskan dengan sopan bahwa kita tidak bisa berada di sana untuk mereka,
tidak seperti mereka yang tidak egois, yang akan tersenyum dengan patuh dan membantu dan kemudian meledak di suatu hari di dalam kemarahan yang mendendam dan kelelahan.
Kita tahu, sebagai orang egois yang baik, bahwa kita mungkin bingung dengan kekejian, namun keyakinan bawaan kita
akan ketulusan kita meminjamkan kita ketenangan untuk mengejar tujuan kita dengan sopan dengan cara kita sendiri.
Jadi, agar tidak dituduh dengan jenis keegoisan yang salah, triknya adalah dengan menjadi duta yang lebih baik
dari intensimu.
Kita harus dengan persuasif dan dengan baik menyampaikan kepada mereka di sekitar kita bahwa kita tidak malas atau tanpa perasaan
(dan memang kita tidak begitu),
namun kita harus menunjukkan mereka bahwa kita akan menjadi lebih baik dalam melayani mereka
dengan tidak melakukan hal-hal yang mereka harapkan untuk sementara.
Orang-orang yang baik menjalankan resiko yang aneh namun sangat penting untuk menjadi pengganggu bagi orang lain
dengan apa yang terdengar seperti, namun sebenarnya bukan, sebuah ide yang bagus: selalu mendahulukan orang lain.
Seperti yang diketahui orang egois yang baik, terkadang, menempatkan diri terlebih dahulu sebenarnya merupakan cara yang terbaik
untuk melayani orang lain dengan baik dalam jangka panjang.