Tip:
Highlight text to annotate it
X
Lapor pada komandan.
Kami sudah selesaikan pencarian dan menemukan
satu korban yang sedang dirawat di luar.
Kau menemukan korban lainnya
di dalam sana?
Sangat disayangkan, ya? Itu salah
satu gedung tertua di Georgia.
Ronnie, berjanjilah
kau akan berusaha, OK?
- Apa ayah tahu dia ditahan?
- Jonah!
Aku tidak melakukannya, OK?
Jangan ikut campur.
Tepat pada waktunya.
Wow!
- Ayah!
- Hai, Joe-boy. Apa kabarmu, nak?
Luar biasa. Bagaimana kabarmu?
Ayo kemari!
- Aku merindukanmu. Lihat, kau sudah besar sekarang.
- Aku juga.
Tinggimu sepertinya 1.9 meter sekarang.
- Kau tinggal di pantai?
- Ya benar.
Hebat!
- Jangan pergi ke air.
- Hati-hati kalau kau ke sana.
- Apa kabarmu?
- Baik.
Oh ya, kita punya dua anak.
Hai, Ronnie. Bagaimana kabarmu, sayang?
Wow.
Kau takkan pernah tahu.
- Hai. Bisa kubantu?
- Milkshake stroberi.
Silahkan.
Tangkap, Will!
Maaf.
- Kau tak apa-apa?
- Aku lebih suka minum milkshake-ku...
- daripada memakainya, tapi aku baik-baik saja.
- Aku minta maaf.
Kau lihat apa.
Lupakan saja.
Hei, tunggu. Aku benar-benar minta maaf.
- Bukankah kita baru saja melakukannya?
- Ngomong-ngomong, aku Will.
- Biar kubelikan kau kaus yang lain.
- Tidak, terima kasih. Aku baik-baik saja.
Ayolah. Aku sedang mempraktekkan
keramah-tamahan warga Selatan
Begitukah sebutan untuk
menggoda orang asing?
Kau tahu? Sebenarnya aku bukannya
ingin membelikanmu kaos.
- Begitukah?
- Aku sengaja ke sini...
supaya tim yang lain bisa bernafas sejenak.
- Suka memaksa dan sombong.
- Bagaimana kalau kau nonton pertandingan kami
Aku pergi saja.
Terima kasih.
Aku senang kau bisa memperbaikinya.
Ya. Semuanya berkat Ronnie.
Sekarang aku tahu bagaimana bentuk piano saat
ada yang memainkannya dengan pemukul bisbol.
- Kau sering melakukannya.
- Dia tak pernah main lagi?
Tidak sejak kau pergi.
Brian membelikannya piano elektrik.
Dia bahkan tak mau mendekatinya.
- Piano elektrik dari Brian?
- Steve.
- Selain itu bagaimana keadaannya?
- Mari kita lihat.
Nilainya benar-benar jelek.
Ajaibnya, dia lulus SMA.
Dan dia tak punya satu temanpun
tanpa tindikan di tubuh.
- Terima kasih.
- Yah.
Dia bilang padamu dia diterima
di Juilliard 'kan?
Tidak. Tanpa bermain?
Mereka bilang mereka sudah
mengawasinya sejak umur lima tahun.
Bukan itu masalahnya.
Dia bilang dia takkan ke sana.
Dia akan membuat keputusan yang benar.
Aku senang kalau kau yakin begitu.
- Kim...
- Kita menyakiti mereka, Steve.
Khususnya Ronnie.
- Kita bisa mencoba dan berpura-pura...
- Aku akan melakukannya. OK?
Hal seperti itu bisa terjadi. Tak ada manusia yang sempurna.
Dan Ronnie...
Ronnie akan baik-baik saja.
Unicorn. Sangat mitos.
Kupilih yang motif luntur saja
kalau aku jadi kau. Yang itu jelek.
Sepertinya.
OK. Ikut aku.
Ada tempat yang lebih keren.
Ayo!
Telepon, surat, SMS, pokoknya beri kabar.
- OK!
- OK? Aku sayang padamu.
Ada bekas lipstik.
Bilang pada kakakmu aku menyayanginya.
- Baiklah.
- Daah!
- Daah!
- Kau siap?
- Kemarilah!
Daah, Ibu!
Terima kasih.
Barang-barang apa ini?
Aku sedang membuat kaca-patri
untuk jendela gereja di jalan utama.
Aku sudah lihat. Bagaimana kejadiannya?
Tak ada yang tahu.
Mereka pikir itu semacam kecelakaan.
- Ini sangat keren.
- Oh ya?
Sayang sekali,
Aku tidak sedang mencari
Asisten sekarang, jadi...
Kenapa tidak? Tak usah, Yah, biar aku saja!
- Ya?
- Ya!
- Kau mau?
- Akan kulakukan gratis!
- OK. Kau diterima.
- Benarkah?
- Ya.
- Keren sekali.
Nama macam apa Blaze itu?
Nama panggilan yang diberikan
Marcus, pacarku.
Namaku sebenarnya Galadriel.
Dari film Lord of the Rings.
Ibuku aneh seperti itu.
Hey, masih untung namaku bukan Frodo.
Berapa harganya?
- Dua puluh.
- Terlalu mahal.
Oh, tunggu.
Maaf. Hari ini, gratis.
- Tidak, tidak. Hentikan.
- Tak apa. Aku sering melakukannya.
Tidak. Aku tak bisa. Aku pernah tertangkap sekali.
Wanita dengan catatan kriminal.
- Ayolah.
- Aku menyukainya.
Hentikan.
- Ayah mencarimu.
- Bilang saja kau tak melihatku, bocah tengik.
- Lima dollar. Dan dua dollar untuk "bocah tengik".
- Enak saja.
Dia semakin dekat.
Jangan sampai kunaikkan jadi sepuluh.
Diamlah.
Aku janji akan membuatnya mengajakku naik
Halilintar tiga kali biar kau bisa kabur.
- Senang berbisnis denganmu.
- Ya, ya.
Keren. Jadi kau tinggal di New York?
Ya, sekarang. Tadinya aku di Atlanta.
Pindah ke utara saat umur sebelas.
Ayahku pindah kesini beberapa tahun lalu.
- Tanpa kalian?
- Perbedaan yang tak bertitik temu.
Sepertinya itu istilah yang pas.
- Dia melarikan diri.
- Keluarga memang memuakkan.
Aku bahkan tidak tinggal dengan keluargaku.
Biasanya aku tinggal di tempat Marcus.
Kau harus bertemu Marcus. Ayo.
- Berikan padaku!
- Yah!
Itu dia.
Terima kasih semuanya.
Sumbangan sukarela kami terima.
Malah dianjurkan.
Enak 'kan?
Senang 'kan rasanya punya waktu untuk sesama pria.
Ronnie tak pernah membuka suratmu.
Benarkah?
Ibu bilang karena dia sedang PMS.
Kau tahu artinya?
Yah, aku bukan anak kecil lagi.
Artinya "pissed at men syndrome".
(=sindrom kesal pada pria)
Ya.
Will, kau mau pergi dari sini?
Orang tuaku sedang ada acara penghargaan
dengan gubernur.
Mereka takkan pulang berjam-jam.
- Pasti mereka percaya padamu.
- Bayangkan saja.
Sobat! Dia memberimu kabar baik?
- Ya.
- Oh, syukurlah.
Cassie akan belikan bir untuk kita
saat pulang, jadi kita harus ikut.
Kau tahu, sobat?
Aku akan melewatkannya.
Tidak, tidak. Halo, halo.
Tatap mataku, teman. Tidak.
Kau tak boleh melewatkan malam ini.
Lihat. Dengarkan aku. OK.
Will ikut. Ashley ikut.
Ashley ikut. Cassie ikut.
Cassie ikut. Scott ikut!
- Ayolah. Ikutlah demi tim Scott.
- Kemana saja kau, teman?
- Kalian tak pernah bergabung dengan kami lagi.
- Lepaskan dia!
Lepaskan dia. Aku mencintaimu, Will.
Kau sungguh jantan.
Selalu menjaga temanmu.
Ayo. ***, ayolah.
Hei, Ronnie?
Ambilkan aku minuman?
Ada yang salah dengan kakimu?
Biar kuambilkan.
Maaf. Kami membuatmu bosan?
Aku hanya tak minum.
Maksudmu...
kau mau bilang 'tak suka'?
Karena kau bisa saja bilang suka.
Hentikan.
Jangan pernah menyentuhku lagi.
Maaf.
Ya ampun.
Aku mau tidur.
Sebelum aku benar-benar muak,
kau harus sadar aku di sini.
- Keluar dari kamarku!
- Ini kamar kita.
OK? Kalau kau mau tidur di kamar Ayah,
silahkan saja.
- Hei, Ron?
- Apa?
Jangan marah ya?
Bisakan kau sedikit ramah pada Ayah?
Aku hanya tak ingin kehilangan dia lagi.
Kau lihat wajahnya
saat dia melihatmu di sini?
Dia sangat senang.
Jonah, kau tak pernah kehilangan Ayah. OK?
Kau tak pernah kehilangan dia,
dan tidak akan pernah. Aku janji.
- Ronnie, bisa aku bicara denganmu?
- Tentu.
- Di mana kau tadi?
- Di luar.
Ini hampir pukul 1:00, jadi...
Kau tak perlu menungguku.
Aku bukan 12 tahun.
Aku tidak mengkhawatirkanmu
saat kau berusia 12.
Lalu sekarang kau khawatir?
Jika kau mau tinggal di sini,
kau harus...
Aku tak mau tinggal di sini, Yah.
Itu saja.
Aku tak mau tinggal di sini.
Apa belum jelas?
Kau tidak mengerti juga?
Yah. Mari kita lakukan yang terbaik, OK?
Kau mau main?
Kau mau main? Karena
jika ya, aku akan tidur di luar.
- Hei, selamat kau diterima di Juilliard.
- Kenapa? Aku takkan ke sana.
- Itu akan jadi sebuah kesalahan.
- Lalu,
kau dan Ibu pasti tahu soal itu.
- Aku belajar dari ahlinya.
- Cukup!
Sial, sudah cukup!
- Tak apa, Jonah.
- Maafkan aku, Jonah. Pergilah tidur.
Aku akan ke sana sebentar lagi.
Kalau kau kesal padaku dan...
kau ingin menyakitiku, silahkan, sakiti aku.
Marahlah, Kesallah.
tapi jangan berhenti bermain.
Itu konyol, Ronnie.
Benar-benar konyol, dan kau terlalu berbakat.
Sudah selesai?
Ayo, Ronnie!
- Trims.
- Bagaimana dengan yang itu?
Ronnie, hei.
Ini hari yang baru.
Mari kita mulai lagi.
Ada daging asap, ada sarapan.
Dia vegetarian, Yah.
- Sejak kapan?
- Satu setengah tahun.
Pasti dia menemukan sarang penyu.
Aku takkan mendekat. Dia pasti sedang sakit
atau terjadi sesuatu sehingga dia keluar siang hari.
Pastinya dia menikmati telur-telur itu.
Apa? Tidak, jangan, jangan!
Jangan!
Oh, Tuhan.
Dia tak bisa mengejarnya, Yah.
Sudah pasti.
Penyu laut bertelur di sini.
Rakun akan makan telur-telur itu
kalau aku tak mengusirnya.
Benarkah?
Saat penyu betina bertelur,
rakun bisa mencium baunya dan...
Mereka akan memakan semuanya.
Ada website yang memberitahuku
agar menelpon pusat perlindungan hewan laut...
mereka akan mengirimkan seseorang
ke sini dan melindungi mereka,
- tapi bateraiku habis.
- Nomor akuarium...
ada di dinding dekat telepon. Terus terang,
aku tak tahu bagaimana mereka akan membantu...
Itu.
Hei! Veronica!
Bukan begitu, Ronnie, ini ide hebat. Aku suka.
Reaksimu berlebihan!
- Hey, Yah, bisa kita main layangan hari ini?
- Tentu saja tidak.
Kita akan menerbangkan tiga layangan sekaligus.
Kita bertiga.
Kau mimpi, Yah.
Ya. Aku ingin melaporkan
ada beberapa telur penyu laut di luar rumahku.
Tentu.
- Apa?
- Kau bilang "di luar rumahku".
Aku senang mendengarnya.
Maksudmu, senang,
seperti anak sekolahan atau semacamnya?
Ada apa dengan senyummu?
Jujur saja, terlihat menakutkan.
Apa senyum..? Apa senyumku menakutkan?
Entahlah. Coba kita lihat.
Aku sedang senyum.
Sepertinya, tapi kurasa
kau harus menunjukkan gigi.
Nenekku pernah menyetir
yang seperti itu.
- Benarkah?
- Ya.
Kurang lebih.
Itu si cewek milkshake?
Harusnya kau tumpahkan soda itu ke bajunya.
Hei.
Hai. Tampangmu menarik.
Hampir saja aku tak mengenalimu
karena kau mengenakan kemeja.
Maaf. Waktu itu aku benar-benar bertindak bodoh.
- Yah.
- Pasti karena pertandingan itu.
Aku jadi sedikit... terbawa suasana.
Kau tahu, aku tak bisa tidur semalaman,
karena mengingat hal itu.
Merasa seperti orang tolol.
Aku benar-benar meragukan itu.
Kau salah.
Sampai jumpa.
Kuharap begitu.
Bagaimana aku harus memanggilmu
jika kita berjumpa lagi?
- Ronnie.
- Ronnie.
Daah, Ronnie.
Bye.
Kau tahu siapa ayahnya 'kan?
Ya. Lalu?
Hanya memastikan.
Hei, bagaimana kabarnya?
Akuarium sudah menelpon?
- Aku tak tahu.
- Oh, sial.
Hei! Hei!
Hei!
Hei.
- Sedang apa kau di sini?
- Kau sedang apa di sini?
- Aku tanya duluan.
- Aku ke sini untuk menjaga sarang penyu.
Kau bekerja di akuarium?
Kupikir kau montir.
- Aku tak kerja di sana. Hanya tenaga sukarela.
- Aku menelpon kemarin.
- Apa semuanya baik-baik saja?
- Tidak, semuanya tak baik.
- Ada banyak rakun semalaman.
- Benarkah?
- Di mana mereka sekarang?
- Aku menakuti mereka.
Ya, tak heran.
Aku sedikit ketakutan.
Lucu sekali.
Kau tahu, aku akan senang melihatmu
tidur di luar sini semalaman...
kedinginan dengan pemukul bisbol
di tanganmu dan rakun yang menerormu.
- Kau benar-benar tidur di sini semalaman?
- Tidak.
Rambutku memang kelihatan begini.
Aku bukan mau mengomentari
rambutmu, tapi...
Ini semua kau yang buat?
- Ada masalah dengan itu?
- Tidak juga.
Hanya saja, saat
telur-telur menetas,
penyu takkan bisa
kembali ke laut, jadi...
mereka akan kelaparan dan mati.
Hei.
Blaze.
Blaze, ada apa?
Aku lihat caramu memandangnya.
Marcus? Aku melihatmu.
- Kau bicara apa?
- Aku mencintainya, OK?
- Jadi menjauhlah.
- Aku tidak tertarik...
Kau bohong!
Aku lihat kau menggodanya.
Pria itu menyebalkan.
Dia yang menggodaku.
Kenapa kau mau
bersama pria macam itu?
Maaf.
- Apa?
- Maaf aku harus memeriksa tasmu.
Silahkan.
Aku tak mengambil itu.
Aku tidak mengambil...
Kau harus ikut denganku.
- Ibu pasti akan marah.
- Diamlah Jonah!
Ronnie, jangan bicara seperti itu
pada adikmu.
- Kau mau ke mana?
- Pulang. Menurutmu mau ke mana?
Aku akan menelpon ibu.
Biarkan dia pergi! Biarkan saja!
Kami bersenang-senang,
dan kau merusak semuanya!
Biarkan dia pergi!
Biarkan dia tinggalkan kita sendirian!
Kau ingin aku berbuat apa, Ronnie?
- Kau ingin aku bilang 'pergilah'?
- Aku mau kau percaya padaku.
Tapi sepertinya, kau tak bisa.
Aku melakukannya di New York.
Aku mencuri sesuatu.
Dan aku tak butuh kau bilang
bahwa itu salah, karena aku tahu.
Tapi aku tak melakukannya di sini.
Pemilik toko itu adalah temanku.
Aku akan bicara dengannya.
OK?
Selamat malam.
Anna Karenina.
"Semua keluarga bahagia sama saja.
Semua keluarga tak bahagia
tak bahagia dalam arti tertentu".
Kau pikir mengutip ucapan Tolstoy
akan membuatku kagum?
Aku tidak mengutip ucapan Tolstoy.
I mengutip ucapan penerjemahnya.
Tapi karena kau bertanya...
Apa kau mau pindah ke sini?
Hei, kalau aku mau tidur,
Aku mungkin akan butuh sesuatu
untuk menakuti rakun.
Mereka tidak suka cahaya terang
atau musik.
Kau berencana tidur di sini?
Sebenarnya, ini semacam kebiasaan di sini
untuk saling mengenal...
dan kuputuskan kita tak mungkin
melewatkan hari rambut jelekmu lagi.
Jadi begitu.
Jadi menurut kabar
kau dari New York.
Ini kota kecil, orang-orang membicarakannya.
Aku diterima di Columbia musim gugur nanti.
Siapa tahu? Kita mungkin jadi tetangga.
Jadi, apa yang kau lakukan di sini?
Ibuku mengirimkan aku dan adikku
tinggal dengan ayahku selama musim panas.
Mungkin biar aku bisa menjaga
telur penyu...
sementara pemain voli alias sukarelawan
akuarium menggodaku setiap lima detik.
Sekarang, siapa yang sombong?
Karena kita sedang membahasnya,
Aku tak menggodamu.
Sebenarnya, aku bertunangan dan akan menikah.
Kenapa kau ini?!
Maaf.
Ini kelihatannya tak baik.
Kau tak suka melihat ini 'kan?
Kalau begitu sebaiknya kita
tetap memantau mereka.
Selamat malam.
Halo, Pak.
Hei.
Kau keberatan?
Tidak.
Ya, Pak. Saya mengerti.
- Halo.
- Jangan bilang 'halo' padaku.
Aku perlu tahu namamu, perwira.
Aku Will.
- Kau?
- Aku teman sekamarnya.
Komandan menyuruhku
membawakan bekal.
Tapi sayangnya, ini menu vegetarian.
Jadi, secara pribadi, aku lebih suka makan pasir.
Terima kasih untuk sarannya, ***.
Hei.
Sebaiknya aku pergi.
Aku harus ke akuarium.
Aku juga.
Tak jual mahal lagi.
Sebenarnya, Ronnie.
Kau baca Tolstoy.
Mati-matian menjaga penyu laut.
Tindakanmu berpura-pura dingin itu tak berhasil.
Ayo kita coba lagi.
Semalam sungguh menyenangkan.
- Kencan pertama terbaik dalam hidupku.
- Itu bukan kencan.
Kita bisa anggap begitu, kalau kau
tak keberatan ikut ke tempat kerjaku.
- Hebatkan?
- Ini luar biasa.
- Sangat besar.
- Aku mencoba membersihkannya.
Pasti sangat menyenangkan,
berenang bersama ikan-ikan.
- Kau harus lihat dari dalam sini.
- Mungkin lain kali.
Yah.
Bantu aku naik?
Akan kubunuh kau!
***!
- Dari mana saja kau?
- Maaf, teman. Dia agak canggung.
- Dia jatuh di akuarium lima kali.
- Itu tak benar.
- Ronnie, Scott.
- Hai.
Kami akan menghadapi turnamen.
Ayo.
- Tolong ambilkan aku air?
- Baiklah. Aku akan segera kembali.
Rambutmu basah?
Biar kutebak. Dia membawamu
ke akuarium...
dan dia menunjukkan akrobat
bawah air padamu.
Kau terkesan?
- Apa aku mengenalmu?
- Aku teman Will.
Tapi, kau tahu 'kan, Will punya banyak teman.
Dia selalu membuat kita merasa spesial.
Untuk sementara waktu.
Sialan.
Ya begitu.
OK. Rentangkan sedikit.
Bagus! Baik sekali.
- Aku tak membuat lubang di dalamnya.
- Tidak.
Hei, Yah.
Kau dan Ibu pernah bicara
soal rujuk?
Jonah, Ibumu akan segera menikah.
Lalu? Kau 'kan punya hak.
Kau menikahinya duluan.
Ya, benar. Dan itu pernikahan yang baik.
Tadinya. Bertahan cukup lama.
Dan kami memiliki dua anak hebat.
Hanya saja...
Kau tahu, cinta tak selalu...
tak selalu cukup.
Mungkin...
sulit dimengerti.
Apa yang punya satu mata, bisa bahasa
Perancis, dan sangat suka kue?
Kau bicara soal...
Kau bicara soal cinta 'kan?
OK, OK. Kue. Bagus sekali.
Ku ubah topiknya menjadi kue.
Tidak apa-apa 'kan?
Yah. Aku mengerti.
Semuanya baik-baik saja?
Hei. Kau tak datang kembali padaku.
Ronnie?
- Pergilah!
- Ada apa?
Pergi!
Ronnie, apa yang terjadi? Ronnie!
Maaf, Pak.
Bisa kau ceritakan apa yang terjadi?
Artinya aku membutuhkan pemahaman
bagaimana otak wanita bekerja,
tapi aku tak tahu, kalau kau mau
masuk dan sama-sama bingung,
kau kuperbolehkan masuk.
- Tak apa. Aku tunggu di luar saja.
- Yah.
Menurutmu berapa lama dia akan menunggu?
- Kenapa kau tak keluar dan tanyakan?
- Dia 'kan bukan pacarku, tapi pacarnya.
Dia juga bukan pacarku.
Menurutmu dia akan menunggu semalaman?
Sulit diperkirakan.
- Taruhan satu dollar, dia akan menunggu.
- Satu dollar?
OK, setuju.
Ayo kita buat lebih menarik. 2 dollar.
Dua dollar. Dia takkan menunggu.
Bagaimana kalau dia menunggu selamanya?
Bagaimana kalau dia tak pergi juga lalu mati?
Ya, dan mayatnya dimakan segerombol rakun.
Dan dia masih tak pergi,
karena cintanya sebegitu kuat.
Apa-apaan kalian berdua ini?
Penyu. Penyu memakan mayatnya.
Kau harus pergi.
Kau membuat adikku berpikir aneh-aneh.
Tidak sampai kau jelaskan apa yang terjadi.
Apa karena Ashley?
Aku lihat kau bicara dengannya.
Apa katanya?
- Pergilah.
- Katakan padaku dia bilang apa.
Will, aku ke sini bukan untuk
kencan musim panas yang konyol...
dengan bocah lokal yang konyol...
yang sudah berkencan dengan
ribuan gadis lainnya.
- Apa?
- Ashley bilang soal...
semua gadis yang pernah kau kencani.
Jadi aku tak mau menjadi
sekadar salah satu...
dari daftar antrian gadis-gadismu, Will.
Melakukan kencan yang serupa,
hal-hal yang serupa.
Kupikir karena itu sebaiknya
kita akhiri saja.
Kita akhiri?
Apanya yang diakhiri?
Ronnie, benar, OK, aku berkencan
dengan gadis lainnya sebelum bertemu kau.
Itu intinya. Sebelum bertemu denganmu!
Bagaimana mungkin kau marah soal itu?
Jangan kau jadikan aku alasan utamanya.
Kau dan aku tahu ini bukan salahku...
Kau tidak seperti gadis lainnya.
Apa yang barusan terjadi?
- Kakakmu baru saja dicium.
- Ayah!
- Itu benar. Lihat saja wajahnya.
- Tidak!
- Jonah! Coba lihat wajahnya.
- Ayah!
Kakakmu... Hei!
Ayo kita buat lagu soal ciuman!
- Aku merasa mual.
- Ronnie dicium...
- Hentikan!
- OK, OK.
- Kau baik-baik saja?
- Ya, ya, tapi...
Apa?
Wow.
- Aku mau tidur.
- Masih kelihatan di sana.
- Aku membencimu.
- Wow.
Hentikan!
Hentikan!
Turunkan aku!
Aku tak percaya kau mengukir
nama kita di pohon.
- Apa huruf awal nama tengahmu?
- Takkan kuberitahu.
Ini benar-benar konyol.
- "L"...
- "L"...
Ukir yang bagus.
- Aku suka lagu ini.
- OK.
Wow.
Kau benar-benar bisa nyanyi.
Apa ada lagi
yang tak kutahu tentangmu?
Tidak!
Lanjutkan saja. Baiklah.
Tidak!
Tidak!
- Kita mau ke mana?
- Ada jalan pintas. Percaya saja.
- Bagaimana keadaan di sana?
- Oh ya.
Kau tahu, sudah mulai gelap.
Di saat seperti ini biasanya ada pria
yang membawa gergaji listrik...
keluar dari belakang pepohonan
dan memotong kita jadi beberapa bagian.
Tolong injak gasnya.
OK, lebih keras.
OK, OK!
- Tidak, tolong! Jangan.
- Mau ke mana kau? Kemarilah.
Aku akan menangkapmu.
Kembali ke sini!
Kau pergi ke mana?
Will, Aku sungguh-sungguh.
Will, aku tak mau bertemu keluargamu
pertama kali seperti ini.
Tak apa-apa. Mereka sedang tak di rumah.
Lagipula, aku takkan mengajakmu nonton
seperti itu.
Harus menjaga reputasiku.
Wow.
- Halo?
- Hei, George.
- Halo, Will.
- Apa yang kita lakukan?
Siapa George?
Will, di mana kita? Graceland?
Tunggu. Kau kerja di sini juga?
Ini rumahmu? Kau tinggal di sini?
Kau anak orang kaya?
Will, kau bilang ayahmu
pemilik toko rem!
Memang. Dia kebetulan
memiliki 300 toko yang serupa.
- Tidak, Tidak, Aku tak mau masuk ke sana.
- Kau harus mau.
Tidak dengan penampilan seperti ini!
Bagaimana kalau ada yang melihatku?
- Lepaskan.
- Tak mau.
- Lepaskan.
- Kau yang lepaskan!
- Kenapa kau tak bilang?
- Apa bedanya?
Halo.
Bu, kukira kau
dan ayah sedang ke luar.
Kami kembali lebih awal.
Ini Ronnie.
Hai.
Sepertinya kalian harus mandi dengan selang
di belakang.
Dingin.
Kemari, siram rambutku.
Ayo.
Ini milik kakaknya Will.
Pasti muat untukmu.
Terima kasih, Bu.
Kemari, berbaliklah.
Dingin!
Ini tradisi keluarga. Kedua orangtuaku
kuliah di Vanderbilt.
Tom dan aku bertemu di sana.
Ya 'kan Tom?
Dan sekarang, William
juga akan kuliah di sana.
- Kau akan kuliah di mana Ronnie?
- Aku tidak...
tidak akan kuliah.
Maksudku, Aku benar-benar tak punya
tempat yang benar-benar direncanakan untukku,
Aku hanya belum berpikir soal kuliah.
Tapi...
Will, berikan Ronnie daging panggangnya.
- Tidak, terima kasih.
- Sudah kubilang, Ronnie vegetarian.
- Benarkah?
- Ya.
- Kenapa?
- Tidak ada alasan khusus.
Maksudku, bukannya aku tak
suka orang yang makan daging.
Maksudku, itu tak apa-apa. Hanya saja...
- Bagaimana kabarmu, Yah?
- Oh, aku baik-baik saja.
Kau tahu 'kan, aku baru saja melihat
barang Mikey beberapa hari yang lalu.
- Jika kau ada waktu...
- Sudahlah, Tom.
Dia lebih cantik dari yang
kau ceritakan, Will.
Terima kasih, Yah.
Kau akan mengajaknya ke pernikahan?
Dia tidak bilang? Kakaknya akan menikah
beberapa minggu lagi.
Tidak, seingatku kau tidak pernah
bilang itu, Will.
- Kau mau datang?
- Will?
Kata kakakmu kau akan mengajak
Ashley.
Aku baru saja mengirimkan
undangan padanya kemarin.
- Ronnie, ini konyol.
- Sudahlah, Will.
Mana bisa disudahi. Kau marah.
- Aku tak marah.
- Kau marah.
Tidak! Kau mau ke pernikahan kakakmu
dengan mantan pacarmu,
- itu bukan masalah besar.
- Bukan sebagai teman kencan.
Dia teman kakakku.
Kubilang boleh saja kalau dia datang.
Terus terang, itu bukan masalah besar
karena aku tak mau ke sana...
ke pesta pernikahan
yang tak ada satu orangpun kukenali.
- Ronnie...
- Dan kau hanya lupa bilang...
kalau kau akan kuliah ke Vanderbilt.
Kau bilang kau akan pergi ke Columbia.
Tidak.
Kubilang aku diterima di Columbia.
Ronnie, ini benar-benar rumit.
Orang tuaku...
- Bukan waktunya untuk mengecewakan mereka
- Apanya yang rumit? Itu 'kan hidupmu.
- Kuliahlah di tempat yang kau mau.
- Tidak sesederhana itu.
Kita tak harus melakukan ini.
- Apa maksudmu?
- Mungkin kau harus menemukan seseorang...
yang lebih cocok dengan gaya hidupmu.
Maksudku, dengan gadis anak orang kaya,
- yang punya mansion sempurna...
- Ronnie,
tak ada yang sempurna
dari rumah itu.
Kau tak lihat? Orang tuaku
bergantung pada seutas benang.
Sempurna? Tak ada yang sempurna
di keluargaku sejak lama.
Aku punya seorang kakak. Mikey.
Dia meninggal tahun lalu.
Bagaimana?
Kecelakaan mobil.
Ibuku yang mengemudi.
Mikey dan aku duduk di jok belakang,
bercanda, main suten.
Kami benar-benar konyol.
Ibu berbalik menyuruh kami berhenti,
lalu dia kehilangan kontrol kemudi.
Seketika itu juga dia meninggal.
Sangat sukar merasa bahagia
di rumah itu.
Itu satu-satunya alasan
mengapa aku tak mengundangmu ke pesta.
Aku berkencan dengan banyak gadis
karena aku...
ingin merasakan sesuatu lagi.
Tak seorangpun bisa membuatku merasa
seperti saat aku bersamamu, Ronnie.
Aku tak ingin kehilanganmu.
Aku mencintaimu, Will.
Aku juga mencintaimu.
Dan, karena kau sudah bertanya...
... ada sesuatu
yang tak kau tahu tentangku.
Kemarilah.
Untuk apa kita ke sini?
Hey. Harimu menyenangkan?
Ada apa?
Aku memainkannya hari ini.
Itu...
Itu bagus. Bagaimana perasaanmu?
Rasanya tak ingin berhenti.
Ayah...
Mungkin aku akan menceritakan ini dengan
seorang teman wanita kalau aku punya, tapi...
Aku tak punya, jadi...
Jadi kau ingin menceritakannya?
Kau ingin cerita padaku?
Baiklah.
Mari kita bicara.
Ya?
Jadi..., kau suka padanya?
Kau menyukainya...
Kau sangat suka padanya?
Lebih dari sangat suka.
- Benarkah?
- Apa itu aneh?
Sedikit, tapi...
cinta memang begitu, Ronnie.
Sedikit aneh.
Terima kasih.
Selamat malam, Yah.
Ayah!
- Hei!
- Itu dia.
Lihat, maling dan pembakar gedung.
Maaf. Kau tak tahu
soal ayahmu dan gereja?
- Hei! Hai.
- Hei, Jonah.
- Ini keren.
- Memang keren.
- Hei, sayang.
- Hei , Yah.
OK.
Ada apa?
Fokus pada pertandingan, sobat.
Mengerti?
Yah!
Permainan yang bagus, kawan.
Yah!
Ini untukmu.
Ayo. Bukalah!
Yah!
Yah, kau benar.
Aku diundang ke pesta.
- Itu bagus, dan...
- Terima kasih.
Karena aku tahu
kau tak punya baju...
untuk dipakai ke pesta mewah Blakelee...
- Aku bukannya ingin minta.
- Lupakanlah.
Lagipula, aku tak pernah
membelikanmu gaun pesta.
- Apalagi kau tak pernah pergi pesta.
- Tidak.
Kenapa kau sering ke sini?
Separuh masa kecilku kuhabiskan di
gedung ini.
Aku suka di sini. Sampai sekarang.
Lalu kenapa orang-orang bilang
kau yang membakarnya?
- Kau dengar begitu?
- Apa itu benar?
Ya.
Aku orang terakhir yang ada di sini malam itu.
Aku ke sini untuk main piano.
Hal terakhir yang kuingat aku terbangun
di seberang jalan...
setelah pemadam kebakarang membawaku
keluar.
- Bagaimana awal kejadiannya?
- Aku...
Bertindak bodoh. Ada beberapa lilin
menyala, Aku tertidur, dan...
- Yah.
- Mungkin aku sedikit tak sadar.
Saat itu aku baru minum obat
yang diresepkan dokter...
- Obat? Doktor apa?
- Ronnie, aku baik-baik saja.
Semua baik-baik saja sekarang.
Kejadiannya tahun lalu. Aku baik-baik saja.
- Kau tak apa-apa?
- Ya.
OK.
Dia pikir dia yang melakukannya.
Ayahku berpikir dia yang
membakar gereja itu.
Aku yakin dia tak melakukannya.
Itu hanya...
pendapat orang-orang saja.
Bisa kita bicara?
Ada apa?
- Ada apa, Will?
- Kau harus menjelaskan soal kebakaran itu.
Kau tak bersungguh-sungguh.
Ayahnya pikir dia pelakunya. Semua orang
di kota berpikir dia pelakunya. Kau tahu itu.
Sudah berapa lama kau kenal gadis ini?
Kau kenal aku sejak lama.
Dan kau tahu,
kalau kau bicara...
kepada siapa saja soal malam itu,
hidupku akan berakhir.
Mereka bilang kebakaran itu disengaja, Will,
kau tahu itu.
Aku kembali bekerja.
Biarkan semuanya berlalu, OK?
Aku hanya minta uangku, OK?
Tak ada padaku, Marcus,
kau tahu itu.
- Ambil saja. Pokoknya ambilkan, OK?
- Tolong.
- Hei!
- Akan aku ambilkan.
Permisi! Permisi.
Kami sedang bicara di sini, OK?
- Blaze, kau tak apa-apa?
- Kubilang pergi dari sini!
- Blaze!
- Pergilah!
Marcus! Berhenti!
Aku tak mau menampung
gelandangan di tempatku!
- Jangan pergi!
- Aku mau uangku.
- Jangan pergi. Berhenti!
- Menjauh dari mobil!
- Pergi!
- Jangan tinggalkan aku!
- Aku tak punya tempat untuk tinggal!
- Diam!
Jangan pergi!
Bagus! Hebat! Lihat apa yang kau lakukan?
Kau senang sekarang? Demi Tuhan!
- Kau tak pantas menerima itu, Blaze.
- Kau tak kenal aku, OK?
Kau tak tahu apapun.
Kau tak mengerti.
Ayah bilang makan siang sudah siap.
Aku tak bisa makan. Harus cari sesuatu
untuk dipakai ke pesta.
Ada apa dengan uang yang diberi Ayah?
Kalau kau bilang, k4:32,433 --> 01:04:36,597
Wow, mungkin kau lebih tua,
tapi akuubunuh kau, OK?
Aku sedang dalam perjalanan mau membeli baju
dan aku berikan uang itu ke orang lain.
Apa?!
Jangan kuatir.
707
01:0 jauh lebih pintar darimu.
- Dari mana kau dapat semua itu?
- Harus mulai dari mana...
Ini waktu kubilang pada Ayah
kalau aku tak melihatmu saat festival.
Yang ini waktu aku menang main poker bohong.
Ingat saat kau menyelinap waktu lewat
jam malam di New York?
Dari situ asalnya.
Ini dari pria bertato...
OK, cukup. Aku mengerti.
Aku tak bisa ambil simpanan selama hidupmu.
Itu yang kau tahu,
selebihnya masih banyak lagi.
Lagipula, Aku suka Will.
Aku tak mau dia putus denganmu
hanya karena kau terlihat jelek di pesta.
Terima kasih.
- Kurasa dia takkan menyukainya.
- Aku suka.
- Mana boleh pakai itu ke pesta!
- Aku suka!
- Sisakan kue buatku.
- Yah.
Yo.
Hei, jangan buat lelucon aneh.
Kurasa kau tak mungkin bisa bercanda
di pesta pernikahan, Pak.
Tentu saja kau bisa bercanda di
pesta pernikahan.
- Aku pernah melakukannya.
- Begitu.
Anggaplah ini
pesan campuran, kalau begitu.
- Jangan bertindak macam-macam, OK?
- Baik, Pak.
Ronnie.
Apa penampilanku baik?
Ya.
Apakah kau, Philip Louis, bersedia
menerima wanita ini, Megan Blakelee,
sebagai istri yang sah
seumur hidup kalian berdua?
- Saya bersedia.
- Kau boleh mencium mempelai wanita.
- Hei, Blaze.
- Hei.
Aku...
Aku tak pantas menerima perlakuanmu
waktu itu, tapi... terima kasih.
- Tak apa.
- Aku putus dengannya.
Marcus. Kau benar,
dia benar-benar pecundang.
- Dan aku pindah dari tempatnya.
- Bagus.
Ya.
OK, baiklah, aku harus kembali bekerja.
Sampai ketemu lagi, OK?
Terima kasih.
- Kau pandai menari.
- Dan kau pembohong.
- Kau juga yang paling cantik di sini.
- Dan aku tahu kau bohong.
Menjauhlah dariku, Marcus! Aku tak main-main!
- Kau pikir kau bisa pergi begitu saja?
- Ya. Hubungan kita sudah berakhir.
Aku menerima pesanmu. Aku tak menyukainya.
Kita putus saat aku yang memutuskannya.
Marcus, sedang apa kau di sini?
- Hey, jangan ikut campur, bocah kaya.
- Aku minta kau pergi.
- Will? Siapa orang-orang ini?
- Bisa kutangani.
- Aku takkan memintamu lagi.
- Kalian.
Kalian pikir kalian
jauh lebih baik dariku.
- Blaze, menjauhlah darinya.
- Tidak, tidak. Kau tetap di sini.
Demi Tuhan ini pernikahan
kakaknya.
Kau pergi. Keluar dari sini.
Terserah kau saja.
- Hey! Masuklah ke trukmu!
- Apa?
- Bagaimana sekarang?
- Baiklah, baiklah.
Aku berubah pikiran.
Aku tak menginginkannya. Aku mau dia.
Sepertinya dia lebih menyenangkan
untuk dikencani selama musim panas.
- Ya 'kan, William?
- Oh, ya?!
- Will!
- Ronnie!
Will! Will!
Cukup! Bangunlah!
Will...
Antar gadis ini pulang.
Mereka berdua. Bereskan masalah ini.
- Tadi itu sungguh menyenangkan.
- Yah.
Kurasa akhirnya aku meninggalkan kesan
pada ibumu!
Hei, kalian! Menurut Ayah telur-telur
penyunya akan menetas malam ini. Ayo!
- Baiklah, ayo.
- Kita tak boleh melewatkannya!
- Ayo ke sini!
- Kami datang!
- Ya ampun, kalian berdua terlihat kacau!
- Trims.
- Apa katanya?
- Ayolah!
- Oh Tuhan.
- Lihat.
- Indah sekali.
- Benar-benar keren.
- Mereka luar hebat.
- Mereka luar biasa!
- Kenapa kau melakukan itu?
- Untuk membantu mereka berjalan ke laut.
- Biar aku ambilkan senter lagi.
- OK.
- Aku mau satu.
- Aku tak percaya kita menyelamatkan mereka.
Ayah!
Telepon 911. Ayah!
Aku harus bertindak cepat.
Hei.
Kau sebaiknya pulang dan ganti baju.
Kau membuat para suster takut.
Yang kau bilang tadi... kau yakin?
Kami akan membuatnya senyaman mungkin,
tapi kankernya sudah menyebar ke seluruh paru.
- Sudah berapa lama?
- Sulit diketahui.
Tapi kami takkan menyerah, OK?
Ada yang ingin kusampaikan.
Saat ayahmu sadar
bahwa keadaannya sungguh serius...
beberapa bulan yang lalu,
dia meminta kami menghentikan
pengobatan.
Kenapa?
Karena dia ingin berada di sini.
Benar-benar di sini
bersamamu dan adikmu.
Itulah yang dikatakannya.
Ini sama sekali tidak direncanakan.
- Ronnie...
- Kau bohong padaku, Yah.
- Aku tak berbohong.
- Ya, kau bohong.
Kau bilang kau baik-baik saja.
Kau tak sehat! Itu bohong.
Aku berharap.
Bukan berbohong.
Itu tak sama.
- Tak apa jika kau marah.
- Baguslah.
Karena ini kau ingin aku ke sini
musim panas ini?
Begitukah? Agar kau tak sendirian
saat...
Kenapa kau tak bilang pada kami?
Ini bukan keadaan yang kuinginkan
untuk saat ini.
- Tapi ini yang terjadi, Yah!
- Tidak.
Ini hanya bagian...
...kecil dari musim panas yang menyenangkan.
Kuakui bukan bagian terbaik.
- Aku mencintaimu.
- Sayang, Aku juga mencintaimu.
Kemarilah.
Aku sayang padamu, Ayah.
Kau mau kue?
Kenapa tak ada yang bilang padaku
apa yang terjadi?
Jonah, kurasa Ronnie dan ayahmu
akan memberitahumu begitu mereka bisa.
Kenapa tak kau saja yang beritahu sekarang?
Ini rumit.
Aku sudah boleh menemuinya?
Yah. Dia menunggumu.
Ayo.
Dia takkan sempat melihatnya
tumbuh dewasa.
Jonah!
- Sialan!
- Kau sedang apa?
- Aku tak bisa meraihnya!
- Turunlah dari sana!
- Pergi!
- Kau kenapa?
- Pergi saja!
- Turun!
- Hei, hei!
- Pergi!
- Hei, ada apa ini?
- Jangan mendekat! Aku bisa melakukannya!
Aku dan Ayah sudah mengerjakan ini
sepanjang musim panas!
Aku dan Ayah. Bukan kau.
Yang kau pedulikan cuma
penyu bodoh...
dan pacar bodohmu!
Aku setiap hari bersamanya!
Dan sekarang... Sial!
Sekarang aku tak bisa mencapainya,
dan aku harus menyelesaikan ini
agar Ayah cepat sembuh!
- Kami akan membantumu.
- Kau tak tahu caranya!
Bisa kau tunjukkan pada kami?
Yah.
- Ini benar, 'kan?
- Ya.
Apa?
Ronnie, Aku ingin kau membawaku pulang.
OK.
Kita harus berhenti di sini sebentar saja.
Kami menyelesaikannya.
Tentu saja, aku harus melatih asistenku,
tapi kami menyelesaikannya.
Pekerjaanmu bagus sekali, Nak. Sungguh bagus.
Kumohon.
OK.
Kami berada di belakang gereja itu, Pak.
Kami cuma bercanda
dan minum... dan melakukan yang lainnya.
Lalu Marcus dan teman-temannya
muncul.
Dan saat itu Will pergi.
Lalu... kami mulai...
Kami mulai bermain dengan...
- Api?
- Yah.
Seharusnya kami memberitahumu lebih awal, Pak.
Itu salahku.
Will tadinya ingin langsung menghubungi polisi
, tapi aku memohon agar dia tidak melakukannya.
Tapi kami akan melapor setelah
ini.
Tidak, jangan lakukan itu.
Orang-orang pikir itu salahmu, Pak.
Yah... memang begitu.
Akan begitu. Lalu kenapa?
Tidak mengapa. Sungguh.
Aku tak mau kau melakukan itu, OK?
Biar ini menjadi rahasia kita.
Terima kasih, Pak.
- OK?
- Terima kasih.
Tunggu.
Tunggu, tunggu, tunggu!
- Ronnie!
- Kau ada di sana?
- Aku ingin memberitahumu.
- Kau lihat apa yang kau perbuat padanya.
Aku tahu! Aku mencoba menyuruh Scott mengaku
Kenapa kau tak bilang apapun?
Masalahnya tidak sesederhana itu.
Ini bukan soal aku! Scott pria yang baik.
Aku tak peduli, Will!
Kau tahu betapa Ayahku merasa bersalah,
dan kau biarkan dia merasa begitu!
Pergilah ke sekolah yang orang tuamu
sudah pilihkan buatmu.
Cari gadis lain yang membuatmu berasa hidup
selama lima menit!
- Gadis yang bisa tahan berada di dekatmu.
- Hentikan.
Jangan sentuh aku. Will!
Jangan menyentuhku!
Kau pengecut, Will!
Kau pengecut, dan pembohong.
Dan aku tak percaya padamu.
Aku tak ingin kau dekat-dekat denganku.
Dan aku tak mau kau mendekati ayahku.
Pergi.
Pergi.
- Aku mencintaimu.
- Aku juga mencintaimu.
Aku juga mencintaimu.
Kau sudah berkemas?
Aku tak ikut, Bu.
Aku akan tinggal di sini bersama Ayah.
Keadaannya akan semakin buruk.
Sangat buruk.
Dan dalam beberapa minggu, dia...
- Aku tak peduli.
- Sayang.
Ayahmu tak ingin kalian melihatnya
seperti ini.
Sepanjang musim panas kami selalu bertengkar.
- Aku sudah kejam padanya.
- Tidak sayang.
Aku janji,
keberadaanmu di sini
sangat amat berarti untuknya.
Bu, aku tetap tinggal di sini.
Hey, sobat. Kau baik-baik saja?
Apa kau mau mengucapkan selamat tinggal?
Karena aku tak mau mendengarnya,
Baiklah, karena aku takkan mengucapkannya.
Aku tak akan mengucapkan selamat tinggal,
karena aku takkan pergi.
OK?
Kemarilah.
Setiap kali cahaya bersinar
melalui jendela yang kita buat itu...
atau jendela manapun...
artinya kau melihatku, OK?
Aku takkan pergi.
Ronnie tersayang, Aku merindukan masa-masa
yang kita habiskan bersama di depan piano.
Aku rindu mengajarimu.
Aku tahu kau pikir aku meninggalkanmu,
namun saat ibumu dan aku berpisah,
Aku merasakan sakit yang teramat sangat.
Aku hanya ingin pulang.
Aku menyesal pergi jauh meninggalkanmu
dan Jonah lebih dari segalanya.
Kuharap kau memaafkanku.
tapi aku yakin kau terlalu pandai
sampai-sampai semua jawabanmu salah.
tapi aku yakin kau terlalu pandai
sampai-sampai semua jawabanmu salah.
Selamat, Ronnie.
Aku pernah bilang bahwa tak satupun
hal yang terjadi antara aku dan ibumu...
berkaitan dengan kau dan Jonah.
Cinta itu rapuh, Ronnie.
Dan kita tak selalu
bisa menjaganya.
Kita hanya bisa mengacaukannya
dan melakukan yang terbaik...
dan berharap kerapuhan ini tetap bertahan,
melawan semua perbedaan.
Mungkin dia sudah mulai kuliah.
Kau merindukannya?
Yang dia lakukan itu tak benar, Yah.
Ya.
Memang betul.
Tapi aku yakin:
- Dia merindukanmu.
- Aku meragukan itu.
Siapa aku?
Siapa aku?
Kau adalah putri yang paling baik hati, manis...
dan yang tercantik di seluruh dunia.
Terima kasih, tapi rasanya
kau terpaksa mengatakan itu, Yah.
Yah, itu ada di buku panduan.
Aku tak punya banyak waktu tertinggal
untuk mengkuliahimu.
jadi dengarkanlah ini, OK?
Suatu hari, kau akan membuka hatimu lagi,
dan kau akan bermain piano lagi.
Bukan untuk menyenangkan ibumu.
Dan bukan untuk menyenangkanku.
Tapi untukmu.
Karena... musik dan...
cinta...
akan memberimu kebahagiaan.
Terima kasih.
Bagaimana lagunya?
Entahlah, aku tak yakin...
Bisa menyelesaikannya.
Tanganku.
Apa terasa sakit?
Yah.
Rasanya sakit.
Kau baik-baik saja?
Aku tak bisa melakukannya, Bu.
Kau punya hak untuk menutup diri.
Hanya saja, jangan mengusirku pergi.
Itulah yang kulakukan, Bu.
Aku mengusir semua orang.
Aku juga mengusir Will.
Kita tak sempurna. Tak seorangpun.
Kita berbuat kesalahan, dan mengacaukan semua,
namun kemudian kita memaafkan & melangkah maju.
Sayang, setidaknya
kau memiliki keberanian untuk merasakan.
Kau merasakan sesuatu yang sangat dalam.
Kau adalah puteri ayahmu.
OK.
Terima kasih atas kedatangan kalian.
Kebanyakan kalian pasti mengenal ayahku
semenjak dia kecil.
Aku menulis pidato.
Sebenarnya cukup singkat.
Aku dan Ayahku,
kami memiliki bahasa yang berbeda.
Cinta yang selalu kita rasakan bersama.
Dan aku tahu bahwa...
Itulah hal yang dia ingin aku sampaikan
pada kalian semua hari ini.
Hai, Ayah.
Ronnie, aku turut berduka.
Hei.
Terima kasih untuk segalanya.
- Terima kasih sudah datang
- Tentu saja.
Aku sangat menghargai
semua yang kau lakukan.
Terima kasih.
Hei.
Yang kau mainkan tadi sangat indah.
Itu gubahan Ayahku.
- Kuselesaikan untuknya.
- Aku tahu dia pasti menyukainya.
Terima kasih kau mau datang, Will.
Ini sangat berarti buatku.
Ronnie, ada seseorang
yang ingin kukenalkan padamu.
Aku ingin mengenalkanmu
pada Tommy Hampton.
Dia dulu mengajar ayahmu...
Ronnie, aku minta maaf atas semuanya.
Aku juga minta maaf.
Setiap orang berbuat kesalahan, Will.
Bahkan yang kita cintai.
Aku memutuskan kuliah di Juilliard.
Ya, aku sudah dengar. Itu kabar baik.
Bagaimana Vanderbilt?
Sekolah yang benar-benar bagus.
Yah. Meski aku tak yakin akan sesuai untukku.
- Apa maksudmu?
- Aku berencana pindah kuliah...
ke Columbia semester berikutnya.
Jadi gadis yang kucintai bisa mengawasiku
membuat beberapa kesalahan.
Bagaimana menurutmu?